Senin, 14 Desember 2009

Redaksi Hadits Wail bin Hijr Mengenai Gerakan-Gerakan Sholat yang Benar

Beberapa Hadits fi'il (perbuatan) Sifat (Gerakan) Sholat Nabi .

Jalur sanad (periwayat):
1. Dari Wa`il bin Hijr :
Shahih 
Melalui jalur ‘Ashim bin Kulaib :
A. Dari Zaa`idah bin Qudamah ,
Dari Zaa`idah bin Qudamah, dari 'Ashim bin Kulaib berkata, “(Telah) mengabarkan dari Wa`il bin Hijr , katanya, “Aku sungguh memperhatikan bagaimana (sifat) sholatnya Rosululloh ?”,
“Maka kuperhatikan (beliau) berdiri (menghadap kiblat), lalu (beliau) bertakbir sambil mengangkat kedua tangannya sampai setentang (sejajar) dengan kedua telinganya, kemudian (beliau) meletakkan telapak tangannya yang kanan di atas punggung telapak tangan, pergelangan, dan lengan (bawah)-nya yang kiri,

[dalam riwayat lainnya  “... Bahwa aku melihat Nabi  mengangkat kedua tangannya ketika masuk dalam (mengawali) shalatnya lalu (beliau) bertakbir, kemudian (beliau) menyelimutkan (memasukkan kedua lengannya) dengan pakaiannya, lalu (beliau) meletakkan tangannya yang kanan di atas tangannya yang kiri” ; “... (beliau) menggenggam dengan tangannya yang kanan atas tangannya yang kiri” ; “... (beliau) meletakkan tangannya yang kanan di atas tangannya yang kiri di dadanya” ],

Saat (beliau) jika hendak melakukan ruku' (beliau) mengangkat kedua tangannya seperti sebelumnya dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya, kemudian (beliau) mengangkat kepalanya (ber-i'tidal) sambil mengangkat kedua tangannya seperti sebelumnya,
kemudian (beliau) bersujud lalu dijadikannya kedua telapak tangannya sejajar dengan kedua telingannya,
kemudian (beliau ber-tasyahud dengan) duduk menghamparkan (telapak) kakinya yang kiri (ber-iftirosy) sambil meletakkan telapak tangannya yang kiri di atas paha dan lututnya yang kiri dan dijadikannya siku tangannya yang kanan di atas pahanya yang kanan, kemudian (beliau) menggenggamkan ibu jari dan jari tengahnya di antara jari-jari tangannya lalu (beliau) melingkarkan jari-jari tangan (kanan)-nya membentuk suatu lingkaran, kemudian (beliau) mengangkat jari telunjuknya (yang kanan) sambil memandang pada (telunjuk)-nya, menggerak-gerakkannya, sambil berdo'a dengannya,
kemudian beberapa saat sesudahnya pada saat musim dingin maka kulihat para manusia di antara mereka (para sahabat) menggerak-gerakkan tangan-tangannya dari dalam pakaian-pakaiannya karena hawa dinginnya” .

B. Dari Abdul Jabbar bin Wa`il dan Al-Qomah bin Wa`il (serta maula mereka), ,
“Bahwa dia (Wa`il) melihat Nabi , (beliau) mengangkat kedua tangannya ketika masuk dalam (mengawali) shalatnya (sambil) bertakbir – lalu (beliau) memasukkan kedua lengannya ke dalam pakaiannya – Kemudian (beliau) menyelimutkan pakaiannya, kemudian meletakkan tangannya yang kanan di atas tangannya yang kiri” .

C. Syu’bah ,
C.1.
Dari Muhammad bin Ja'far, dari Syu'bah, dari 'Ashim bin Kulaib, dari bapaknya berkata, “Dari Wa`il bin Hijr , katanya, “Aku sholat di belakang (bersama) Rosululloh (Nabi) ,
lalu (beliau) bertakbir ketika masuk dalam (mengawali) (sholat)-nya sambil mengangkat kedua tangannya, dan jika ketika (beliau) hendak melakukan ruku' (beliau) mengangkat kedua tangannya, dan ketika (beliau) mengangkat kepalanya dari ruku'-nya (ber-i'tidal) (beliau) mengangkat kedua tangannya,
lalu (beliau) meletakkan (kedua tangan)-nya (yakni saat bersujud) sambil merenggangkan (kedua sikunya), lalu (beliau ber-tasyahud dengan) ber-iftirosy (dengan) menghamparkan (telapak kakinya) yang kiri dari (telapak kakinya) yang kanan, dan berisyarat dengan jari-jari (tangan kanan)-nya, jari telunjuknya” .

[dalam redaksi pada riwayat lainnya, terdapat pemotongan dan penambahan kalimat redaksi hadits, yakni 
1. Pemotongan redaksi hadits,
“... dan ketika (beliau) mengangkat kepalanya dari ruku'-nya (ber-i'tidal) (beliau) mengangkat kedua tangannya, lalu (beliau) meletakkan (kedua tangan)-nya.
(tidak dilanjutkan kembali kelengkapan redaksi hadits-nya)” ,
2. Penambahan redaksi hadits,
“... dan ketika (beliau) mengangkat kepalanya dari ruku'-nya (ber-i'tidal) (beliau) mengangkat kedua tangannya, lalu (beliau) meletakkan (kedua tangan)-nya (yakni saat bersujud) sambil merenggangkan (kedua sikunya),”,
[Seharusnya redaksi hadits-nya sudah lengkap, namun ditambah dengan menyisipkan beberapa kalimat “... bila (beliau hendak) bersujud, (beliau) meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya” ) di antara kalimat-kalimat, “mengangkat kedua tangannya, [...] lalu (beliau) meletakkan (kedua tangan)-nya (yakni saat bersujud)]”.,dan
“... lalu ber-iftirosy (dengan) menghamparkan (telapak kakinya) yang kiri dari (telapak kakinya) yang kanan, dan berisyarat dengan jari-jari (tangan kanan)-nya, jari telunjuknya.
(Seharusnya redaksi hadits-nya sudah lengkap sampai dengan “... jari telunjuknya”, namun ditambah dengan beberapa kalimat redaksi hadits sesudahnya, “... lalu (beliau) bersujud maka keadaan kedua tangannya sejajar dengan kedua daun telinganya” )”]

C.2.
Dari Muhammad bin Ja'far, dari Syu'bah, dari 'Ashim bin Kulaib, dari bapaknya berkata, “Dari Wa`il bin Hijr , katanya, “Aku sholat di belakang (bersama) Rosululloh (Nabi) ,
lalu (beliau) bertakbir ketika masuk dalam (mengawali) (sholat)-nya sambil mengangkat kedua tangannya, dan jika ketika (beliau) hendak melakukan ruku' (beliau) mengangkat kedua tangannya, dan ketika (beliau) mengangkat kepalanya dari ruku'-nya (ber-i'tidal) (beliau) mengangkat kedua tangannya,
lalu (beliau) meletakkan (kedua tangan)-nya, yakni saat bersujud, sambil merenggangkan (kedua sikunya), lalu (beliau) ber-iftirosy (dengan) menghamparkan (telapak kakinya) yang kiri dari (telapak kakinya) yang kanan dan berisyarat dengan jari-jari (tangan kanan)-nya, jari telunjuknya, yakni saat ber-tasyahud.” .



Penguat hadits-hadits di atas 
A. Dari Ibnu Umar ,
1. Dari Muslim bin Maryam, dari Ali bin Abdurrahman Al-Mu’awi,
“Biasanya bila (beliau ) duduk di dalam shalatnya (beliau) meletakkan telapak tangannya yang kanan di atas pahanya yang kanan sambil menggenggamkan seluruh jari-jari (tangan kanan)-nya dan berisyarat dengan jari tangannya yang dekat dengan ibu jarinya (yakni jari telunjuk kanannya) [ke arah kiblat sambil mengarahkan (pandangan)-nya pada (jari telunjuk)-nya atau tidak melebihi (pandangan terhadap)-nya] lalu meletakkan telapak tangannya yang kiri di atas pahanya yang kiri” .

2. Dari Malik, dari Yahya bin Sa’id,
“Bahwa Al-Qasim bin Muhammad  telah memperlihatkan pada mereka di dalam ber-tasyahud (akhir), (beliau) menegakkan kakinya yang kanan sambil melipat kakinya yang kiri lalu duduk di atas bokongnya yang kiri dan tidak duduk di atas kakinya yang kiri (seprti ber-iftirosy). kemudian (kata Malik) hal ini telah (juga) diperlihatkan kepadaku dari Ibnu Umar mengenai sifat duduk (tawarruk) ini bahwa bapaknya biasanya mengerjakannya seperti itu” .

3. Dari Malik, dari Yahya bin Sa’id, dari Al-Qasim bin Muhammad (lewat jalur lain),
“Bahwa Nabi  biasanya bila duduk (tasyahud) di dalam shalatnya, (beliau) meletakkan kedua (telapak) kakinya di atas kedua lututnya sambil mengangkat jari telunjuknya yang kanan yang dekat dengan ibu jarinya, lalu (beliau) berdo’a dengannya, dan telapak tangannya yang kiri (diletakkan) di atas lututnya (yang kiri) (sambil) dihamparkannya (paha kirinya) di atas (kaki kiri)-nya” .

4. Dari periwayat lainnya,
“Bahwa Nabi  biasanya bila duduk pada akhir shalatnya (beliau) meletakkan (telapak) tangannya yang kiri di atas lututnya yang kiri dan meletakkan (telapak) tangannya yang kanan di atas lututnya yang kanan sambil menegakkan jari (telunjuk)-nya” .

B. Dari ‘Aisyah ,
“... dan biasanya (Rosululloh ) mengucapkan di dalam setiap 2 roka’at “At-Taahiyaatul ... ” sambil biasanya (beliau) meng-iftirosy-kan (menghamparkan) kakinya yang kiri dan menegakkan kakinya yang kanan” .

C. Dari Abdullah bin Zuba`ir (Ibnu Zuba`ir) ,
1. (Riwayat Ibnu Zubair )
“Biasanya Rosululloh  bila duduk dalam 2 roka’at (beliau) menghamparkan kakinya yang kiri (ber-iftirosy) dan menegakkan kakinya yang kanan, lalu meletakkan ibu jarinya di atas jari tengahnya sambil berisyarat dengan jari telunjuknya, lalu meletakkan tangannya yang kiri di atas pahanya yang kiri dan menutupkan telapak tangannya yang kiri pada lututnya (yang kiri)” .
2. (Riwayat Ibnu Zubair ).
“Biasanya Rosululloh  bila duduk dalam 2 roka’at atau 4 roka’at (beliau) meletakkan kedua (telapak) tangannya di atas kedua lututnya, lalu (dia) berisyarat dengan jari (telunjuk)-nya” .
2. (Riwayat Malik bin Numair al-Khuza'i, dari bapaknya).
“Aku melihat Nabi  ... meletakkan tangannya yang kanan di atas pahanya yang kanan dalam sholat(nya) dan berisyarat dengan jari (telunjuk)-nya” .
3. (Riwayat Yahya bin Sa'id, dari Ibnu 'Ajlan, dari 'Amir bin Abdullah bin Zubair, dari bapaknya).
“Keadaan Rosululloh  bila duduk dalam tasyahud (dia) meletakkan tangannya yang kanan di atas pahanya yang kanan dan tangannya yang kiri di atas pahanya yang kiri, dan (dia) berisyarat dengan jari telunjuknya dan tidaklah melampaui pandangannya (dari) isyaratnya” .







2. Dari Abu Humaid As-Saa’idy :
1. (Riwayat Abu Humaid As-Saa-idy , dari Muhammad bin ‘Amr bin ‘Atha` )
“Dari Muhammad bin ‘Amr bin ‘Atha`, bahwa dia pernah duduk bersama 10 orang dari sahabat Nabi , lalu kami mengatakan (mereka sedang membahas mengenai sifat) shalat Nabi , lalu berkata Abu Humaid, “Bahwa aku adalah yang lebih tahu di antara kalian mengenai shalatnya Rosululloh ,
aku lihat bila (beliau) takbir (beliau) menjadikan kedua tangannya berhadapan (sejajar) dengan kedua pundaknya dan menghadapkan kedua jari-jari kakinya ke arah kiblat,
lalu bila (beliau) ruku’ (beliau) meletakkan kedua (telapak) tangannya pada kedua lututnya, kemudian (beliau) meluruskan punggungnya, lalu (beliau) mengangkat kepalanya (ber-i’tidal) dengan berdiri (tegak) lurus sampai kembali setiap tulang-tulang belakangnya ke tempatnya,
lalu bila (beliau) sujud (beliau) meletakkan kedua tangannya lalu (beliau) tidak merenggangkan (jari-jari kedua tangannya) dan tidak (pula) menggenggamnya,
lalu bila (beliau) duduk pada roka’at kedua (ber-tasyahud awal), (beliau) duduk di atas kakinya yang kiri sambil menegakkan kakinya yang kanan, dan bila (beliau) duduk pada roka’at yang terakhir (beliau) majukan kakinya yang kiri, menegakkan kakinya yang kanan lalu (beliau) duduk di atas tempatnya (yakni di bumi/tanah)”.” .
2. (Riwayat Abu Humaid ),
“... Abu Humaid berkata, “Aku lebih tahu dari kalian mengenai shalatnya Rosululloh , bahwa Rosululloh  (bila) duduk (yakni ber-tasyahud) (beliau) menghamparkan kakinya yang kiri (ber-iftirosy) sambil dihadapkannya dada (telapak jari-jari) kakinya yang kanan ke arah kiblat, lalu (beliau) meletakkan telapak tangannya yang kanan di atas lututnya yang kanan, dan telapak tangannya yang kiri di atas lututnya yang kiri, dan (beliau) berisyarat dengan jari (tangan kanan)-nya, yakni jari telunjuknya”.” .
3. (Riwayat Muhammad Ja'far dari Syu'bah dari 'Ashim; Muhammad bin Amr bin 'Atho dari Abu Humaid ).
“Bahwa Rosululloh biasanya bila (beliau) duduk di dalam shalatnya pada roka’at kedua yang pertama (ber-tasyahud awal) (beliau) menegakkan (telapak) kakinya yang kanan sambil menghamparkan kakinya yang kiri (ber-iftirosy), lalu (beliau) berisyarat dengan jari (telunjuk)-nya yang dekat dengan ibu jarinya,
dan bila (beliau) duduk pada roka’at kedua yang terakhir (beliau) duduk di tempatnya pada bumi/tanah sambil menegakkan telapak kakinya yang kanan” .
4. (Riwayat Abdul Hamid bin Ja'far dari Syu'bah dari 'Ashim; Muhammad bin Amr bin 'Atho dari Abu Humaid ).
“ ... (yakni saat ber-tasyahud) maka (dia) ber-iftirosy (yakni menghamparkan telapak) kakinya yang kiri dan dihadapkan dengan dada (jari-jari telapak kakinya) yang kanan di atas tanah (ke arah) kiblat, lalu meletakkan telapak tangannya yang kanan di atas lututnya yang kanan, lalu telapak tangannya yang kiri di atas lututnya yang kiri, lalu (dia) berisyarat dengan jari (telunjuk)-nya (yakni saat ber-tasyahud) awal, dia tegakkan kakinya yang kanan lalu (dia) ber-iftirosy di (atas) hamparan (telapak kakinya) yang kiri sambil berisyarat dengan jari (telunjuk)-nya yang dekat dengan ibu jari,
dan kemudian bila duduk dalam 2 roka'at (tasyahud) akhir (beliau) menggeserkan bokongnya ke tanah lalu menegakkan kakinya yang kanan” .
5. (Riwayat Muhammad Ja'far dari Syu'bah dari 'Ashim dan Abu Humaid ).
“ ... lalu (dia) berisyarat dengan jari (telunjuk)-nya dan tidaklah melampaui pandangannya (terhadap) isyaratnya” .
6. (Riwayat Ibnu Mas’ud )
“Dari Ibnu Mas’ud , bahwa Rosululloh  biasa duduk pada akhir shalatnya di bokongnya yang kiri” .
Dha’if 
Melalui jalur ‘Ashim bin Kulaib :
A. Dari Sufyan (Ats-Tsauri) ; (Rawi-nya: Abdullah bin Walid bin Maimun),
Dari Abdullah bin Walid, dari hadits (yang dibawa) Sufyan, dari 'Ashim bin Kulaib, dari bapaknya berkata, “Dari Wa`il bin Hijr , katanya, “Aku melihat (melirik) Nabi  saat (beliau) bertakbir sambil mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua telinganya, (maka beliau mengangkat kedua tangannya saat bertakbir di dalam sholatnya), kemudian saat ruku' lalu saat berkata “Sami'alloohu liman hanidah” (beliau) mengangkat kedua tangannnya [lalu aku telah melihatnya memegang dengan tangan kanannya atas pergelangan tangan kirinya dalam sholatnya (saat ber-i'tidal)] , kemudian (dia duduk) menghamparkan (kaki kirinya) sambil ber-iftirosy (yakni dengan) menghamparkan (telapak kakinya) yang kiri lalu (dia) meletakkan tangannya yang kiri di atas lututnya yang kiri dan lengannya yang kanan di atas pahanya yang kanan, kemudian (beliau) berisyarat dengan jari telunjuknya [lalu (beliau) bersujud maka keadaan kedua tangannya sejajar dengan kedua daun telinganya] ”.

B. Dari Wa`il bin Hijr ; (Rawi-nya: Syuraikh Al-Qadhi),
“... [lalu (dia) menurunkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya (saat turun sujud), (dan saat dia bersujud maka dia meletakkan kedua tangannya sejajar dengan kedua telinganya)] , ... ”.

C. Dari Wa`il bin Hijr ; (Rawi-nya: Hajjaaj bin Muhammad),
(Riwayat Hajaj, dari Ibnu Juraij, dari Ziyada, dari Muhammad bin Ajla, dari Amir bin Abdullah, dari Abdullah bin Zubair).
Dari “Aku berada di dekat Nabi  ... Keadaannya mengangkat dengan jari (telunjuk)-nya bila berdo'a, [dan tidaklah dia menggerak-gerakkan (telunjuk)-nya] . Ibnu Juraij dan Amr bin Dinar berkata, “Telah mengabarkan padaku Amir dari bapaknya (Abdullah bin Zubair) bahwa, “Sesungguhnya aku melihat Nabi  berdo'a seperti itu ... (mengangkat jari telunjuk yang kanan), dan Nabi  meletakkan tangannya yang kiri di atas pahanya yang kiri”.”.” .













Bacaan dzikir, do’a, dan beberapa ayat Al-Qur’an yang dibaca ketika berdiri dalam sholat sesuai dengan tuntunan Nabi  yang diriwayatkan dari sahabat Abu Huroiroh dan lainnya, , di antaranya adalah:
(Pada roka’at awal/pertama):
“Alloohu Akbar (Alloh Maha Besar), Alloohumma ba’id bainii wa baina khothoo yaaya, kamaa baa‘ad ta bainal masyriki wal maghrib (Ya Alloh, jauhkanlah diriku dari kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat), Alloohumma naqqinii min khotoo yaaya, kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas (Ya Alloh, bersihkanlah [secara sempurna] aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau membersihkan kain putih dari noda-noda kotoran), Alloohummagh silnii min khotoo yaaya, bil maa`i wal tsalji wal barod (Ya Alloh, cucilah diriku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, es, dan embun), A’udzubillaahis [sami’il ‘aliim] minasy syaithoonir rojiim min hamzihi wa nafkhihi wa naftsihi (Aku berlindung kepada Alloh [yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui], dari godaan syetan yang terkutuk, dari bisikannya, kesombongannya, dan tiupan mantra-mantranya), bismillaahir rohmaanir rohiim (dengan nama Alloh yang Maha Pengasih, Maha Penyayang), QS. Al-Fatihah, Aamiiii…n (Kabulkanlah permohonan kami), beberapa ayat Al-Qur’an lainnya”.

(Pada roka’at kedua dan seterusnya):
“A’udzubillaahis [sami’il ‘aliim] minasy syaithoonir rojiim min hamzihi wa nafkhihi wa naftsihi, bismillaahir rohmaanir rohiim, QS. Al-Fatihah, Aamiiii…n, beberapa ayat Al-Qur’an lainnya”.

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum.WR.WB
    Pak Dokter. makaasih atas pencerahannya........

    BalasHapus