Senin, 14 Desember 2009

Pengobatan Asam Urat Dengan Obat-Obatan Herbal

BAB I.
PENDAHULUAN


Sedikitnya 40 milyar US$. telah dikeluarkan untuk pembiayaan penggunaan CAM (complementary and alternative medicine), terutama penggunaan terapi herbal di Amerika Serikat sejak tahun 1997. Sementara itu, Australia juga telah mengeluarkan sedikitnya dana 10 milyar US$. dalam pembiayaan penggunaan CAM sebagai terapi herbal sejak tahun 2004. Begitu juga di negara-negara Jepang, Cina, Taiwan, dan Korea yang telah mengeluarkan milyaran US$., dalam pembiayaan penggunaan CAM sebagai terapi herbal sejak tahun 2004.
Beberapa fakta tersebut menunjukkan bahwa penggunaan terapi herbal sebagai CAM semakin banyak digunakan oleh masyarakat dengan berbagai macam alasan. Pengobatan CAM tersebut juga termasuk di antaranya adalah akupuntur, naturopathy, homeopathy, chiropractic, pijat, pengobatan tradisional (seperti: chineese medicine, jamu, ayurveda, pengobatan dengan program diet, black seed [Nigella sativa], dan pengobatan dengan beberapa suplemen lainnya).
Fakta lainnya adalah 40% dari penduduk Amerika Serikat adalah pengguna CAM, 50% di antaranya para pengguna CAM tersebut mengkonsumsi obat-obatan herbal, dan sebagian besar dari para penggunanya (minimal separuh darinya) tidak memberitahukan dan mengkonsultasikannya pada dokter. Di daerah-daerah pedalaman di Afrika kira-kira 89% penduduknya menggunakan terapi herbal, begitu juga halnya di negara-negara Jepang, Cina, Taiwan, dan Korea, sebagian besar penduduknya menggunakan terapi herbal dalam mengobati suatu penyakit.
Dampak selanjutnya yang ditimbulkan di negara-negara tersebut salah satunya adalah didirikannya suatu pusat pengontrolan penyalahgunaan obat-obat CAM, seperti di Amerika Serikat telah didirikan pusat pengontrolan penyalahgunaan obat-obat CAM yang dinamakan NCCAM (National Centre for Complimentary and Alternative Medicine), mengingat CAM juga merupakan zat-zat yang dikonsumsi ke dalam tubuh manusia, yang sedikit atau banyak dapat menimbulkan resiko yang sangat berbahaya bila tidak ada pengontrolannya (walaupun dia berasal dari tumbuh-tumbuhan alami).
Namun demikian, hal-hal tersebut merupakan hal yang wajar mengingat hampir semua orang menginginkan agar hidupnya dapat lama, dan seringkali mengiringinya dengan permohonan/doa agar kualitas hidup pada hari tuanya tidak terlalu berkurang oleh karena kemunduran fisik dan mental, terserang berbagai penyakit dan adanya perubahan-perubahan yang mempengaruhi nutrisi dan lingkungannya (seperti zat–zat pollutant dan radiasi-ionisasi UV-ultra violet dari sinar matahari), yang pada umumnya dapat mempengaruhi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ tubuh, tulang dan kulit, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan dan mempercepat proses kematiannya.
Banyak studi medis mutakhir terpublikasi menunjukkan bahwa proses kematian seseorang merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari dan pasti dialami oleh setiap individu, yang didahului dengan adanya beberapa proses perubahan dini (seperti: kelainan struktur dan fungsi, serta kematian di tingkat seluler) pada berbagai sel, jaringan atau organ tubuhnya yang berlangsung secara bertahap, dan sifatnya terkait dengan waktu yang lama (kronis), universal, intrinsik, progresif dan detrimental.
Proses perubahan pada sel-sel dan/ organ tubuh secara dini tersebut merupakan suatu hasil resultante (penjumlahan) dari semua proses perubahan secara instrinsik dan ekstrinsik (photo-aging) yang terjadi dengan berlalunya waktu dan dapat menjadi penyebab atau berkaitan dengan meningkatnya kerentanan (kepekaan) tubuh terhadap penyakit. Keadaan tersebut selanjutnya dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan seseorang untuk bertahan hidup (life-survival) dan beradaptasi terhadap lingkungannya, yang kemudian dapat berakhir dengan kematian.
Fakta menunjukkan bahwa setengah sel-sel tubuh manusia berada pada kondisi maksimal untuk pertumbuhan, perkembangan, dan aktivitasnya. Seperempat sel-sel tubuh manusia berada pada kondisi pertumbuhan seimbang, dan seperempat sel-sel tubuh lainnya berada pada kondisi peruraian dan pergantian dengan sel-sel tubuh yang baru. Keseimbangan yang terjadi antara proses-proses sel ini akan membantu pemeliharaan kesehatan dan peremajaan tubuh manusia untuk masa yang lama. Sebaliknya, ketidakseimbangan dalam hal ini akan menyebabkan munculnya berbagai penyakit, proses penuaan dini, dan kematian tubuh manusia. Oleh karena itu, menghilangkan kandungan racun yang ada di dalam sel-sel tubuh manusia sangat diperlukan, guna memelihara dan mempertahankan keseimbangan proses-proses metabolisme selnya dan keberlangsungan aktivitas-aktivitasnya.
Proses-proses metabolisme makanan yang terjadi di dalam sel tubuh sendiri, secara alami juga menyebabkan pembentukan zat-zat racun dalam tubuh (yaitu zat-zat radikal bebas), yang apabila porsi dan konsentrasinya di dalam sel-sel tubuh tersebut tidak bisa dinetralisir oleh zat-zat anti-oksidan yang tersedia di dalam tubuh , maka juga dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan sel-sel, kelainan-kelainan fungsi sel, dan penyakit-penyakit pada tubuh manusia.
Adanya kelainan-kelainan atau penyakit-penyakit tubuh (baik penyakit yang mengenai fisik dan kejiwaan), yang sedang diderita seseorang, baik penyakit yang sudah diderita sejak lahir (kelainan atau cacat bawaan) ataupun penyakit baru, juga dapat menghambat aktivitas metabolisme sel-sel tubuh secara keseluruhan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik dan normal (setidaknya pada bagian tubuh yang mengalami kelainan atau penyakit tersebut).
Proses metabolisme yang terjadi secara umum pada tubuh manusia saling berkaitan dan sangat kompleks, sehingga proses dari jaringan-jaringan tubuh, organ-organ tubuh dan sistem-sistem metabolisme pada tubuh sulit untuk ditentukan, proses apa yang sebenarnya memulai kerja tubuh manusia untuk kehidupannya. Jika dilihat dari kebutuhan paling utama tubuh manusia , maka sistem pernapasan dapat dikatakan sistem metabolisme tubuh manusia yang paling awal terjadi saat kehidupannya berlangsung, yang diikuti oleh sistem-sistem metabolisme lainnya , yang terjadi secara beriringan dan berurutan, dan mekanisme respons dari sistem-sistem penyertanya ini berlangsung secara cepat untuk saling mendukung terjadinya metabolisme tubuh manusia.
Fakta ilmu-ilmu medis sejak jaman dahulu hingga sekarang telah menunjukkan bahwa tumbuhan merupakan basis awal dari semua pemeliharaan kesehatan pada manusia, terlepas terhadap apa pada awalnya manusia diciptakan. Terapi tradisional cina telah menggunakan sedikitnya ratusan spesies dalam 2000 tahun, terutama sebagai terapi herbal di-mana lebih dari 80%-nya terdiri atas 4-5 bahan/spesies-tumbuhan-obat-obatan dan mengandung 1-2 komponen utama-obatnya.
Herbal medicines adalah pengobatan dengan menggunakan ramuan berasal dari tumbuh-tumbuhan atau tanaman obat. Salah satu keterangan mengenai tumbuhan berkhasiat obat (herbal medicines) di Indonesia menyebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat ini telah berabad-abad digunakan oleh nenek moyang kita dan memberikan hasil yang sangat baik bagi pemulihan kesehatan dan pengobatan penyakit tubuh. Selama berabad-abad tumbuh-tumbuhan-tersebut diandalkan sebagai obat untuk berbagai penyakit.
Pengobatan herbal (CAM) berdasarkan pada upaya untuk mengembalikan dan memperkuat proses penyembuhan secara alami, dan tercapainya keadaan sehat dan dapat memperbaiki gangguan hubungan yang terjadi antara si penderita (pasien) dengan anggota keluarga serta lingkungan sekitarnya. Pengobatan dari jenis herbal mengandung multikomponen yang terdiri atas komponen aktif dan komponen penyangga (komponen yang dapat mengencerkan komponen aktifnya tersebut).
Faktanya menunjukkan bahwa sudah banyak studi-studi mutakhir terpublikasi yang meneliti mengenai khasiat dari pengobatan secara herbal tersebut. Akhir-akhir ini juga dilaporkan dari hasil-hasil studi tersebut bahwa sejumlah obat-obatan herbal (CAM) dapat berfungsi sebagai vitamin, zat anti oksidan, dan zat modulator (yang dapat meningkatkan) sistem imun tubuh, terutama pada kasus-kasus penyakit kronis (yang sudah menahun). Namun demikian studi-studi uji klinis mengenai efektivitas dan keamanan penggunaan CAM pada manusia masih sangat terbatas, yang disebabkan oleh banyak hal, di antaranya adalah adanya kesulitan dalam menyusun desain penelitian di mana obat-obatan yang berasal dari jenis herbal medicines tersebut, sering ditemukan dalam bentuk kombinasi, sehingga penilaian terhadap bahan aktif yang terkandungnya sendiri sulit untuk ditentukan, dengan kata lain kemungkinan tidak ada standardisasi untuk zat aktif dari jenis herbal medicines yang dapat dipakai sebagai pembanding, belum diterapkannya standardisasi GMP (gross manufacturing product) pada produksi obat-obatannya, dan belum diketahuinya secara jelas mengenai aspek-aspek efektivitas dan keamanan penggunaannya pada manusia.
Penyakit-asam urat (gout) merupakan metabolit (sampah) normal di dalam tubuh manusia sebagai hasil akhir pemecahan (metabolisme) protein (yakni basa/nukleotida purin, yang juga merupakan bahan utama pembentuk asam nukleat-protein dan penghasil energi sel. Penyakit-asam urat sering terjadi pada lelaki, berusia dewasa atau menopause (buat perempuan), berbadan gemuk, dan kebanyakkan terjadi pada penduduk polinesia dan daerah pasifik, sementara penduduk asia dan jepang jarang mengalami penyakit-asam urat.
Data menunjukkan bahwa pada penduduk Maori dijumpai memiliki angka kejadian (insidens) penyakit asam urat sebesar 27,1% pada kelompok lelakinya dan 26,6% pada kelompok perempuannya, yang lebih tinggi dibanding penduduk Kaukasian yang memiliki angka kejadian asam urat 9,4% pada kelompok lelakinya dan 10,5% pada kelmpok perempuannya, begitu juga penduduk-penduduk Inggris dan Skotlandia yang memiliki angka kejadian asam urat 6,6% dan 8% pada kelompok lelakinya. Secara keseluruhan, angka kejadian (prevalensi) penyakit asam urat di dunia sangat bervariasi, seperti di Eropa sebesar 0,3% dan Amerika Serikat sebesar 0,27%, yang pada umumnya terjadi pada usia rerata 44 tahun.
Manifestasi nyeri merupakan keluhan utama dari kondisi sel, jaringan, otot, atau tulang tubuh yang mengalami penyakit asam urat, dan membawa seorang penderitanya untuk mendapatkan pengobatan. Nyeri pulalah yang merupakan penyebab terbesar pemberian terapi penyakit asam urat oleh para profesional medis menjadi sangat tidak rasional, mahal, dan ternyata dari sudut kemanfaatan obatnya tidak terlalu memberikan suatu hal yang superioritas bermakna terhadap penyembuhan dan/ progresivitas penyakit asam uratnya, bahkan sering ditemukan terjadinya efek samping pada beberapa organ tubuh tertentu lainnya, seperti kelainan lambung (penyakit tukak lambung pasca pemberian obat anti peradangan non steroid - OAINS) dan usus (penyakit tukak duodenum pasca pemberian obat anti peradangan non steroid - OAINS).
Semua data tersebut, baik disadari atau tidak, telah membawa kepada usaha untuk pemahaman dan penerapan penanggulangan penyakit asam urat dengan menggunakan terapi herbal di masyarakat luas, di samping penerapan penanggulangan penyakit asam uratnya melalui pemberian obat-obatan kimia sintetik yang pada umumnya telah dipahami dan diterapkan di dunia kedokteran sebelumnya.


























BAB II.
BATASAN PENYAKIT ASAM URAT DAN TERAPI HERBAL SECARA UMUM

A. Asam urat, penyebab, dan mekanisme terjadinya.
Asam urat merupakan metabolit (sampah) normal di dalam tubuh manusia sebagai hasil akhir pemecahan (metabolisme) protein (yakni basa/nukleotida purin, yang juga merupakan bahan utama pembentuk asam nukleat-protein dan penghasil energi sel). Pembentukan (metabolisme) asam urat disebabkan dan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor dari dalam tubuh (endogen/genetik; yang terjadi melalui proses biosintesis de novo) dan dari luar tubuh (eksogen; yang terjadi melalui peningkatan asupan makanan dan/ kelebihan kadar nutrisi yang ditimbulkannya).
Dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara pembentukkan dan penghancuran basa purin serta pengeluarannya dari ginjal melalui proses pembuangan asam uratnya. Apabila terjadi kelebihan pembentukkan atau hambatan pengeluaran asam urat dari dalam tubuh akan menyebabkan peningkatan kadar asam urat darah (yang dikenal dengan hiperurisemia). Kemudian kadar asam urat yang berlebihan tersebut juga akan mengalami pengumpulan di daerah sekitar cairan sendi atau ekstrasel tubuh, sehingga akan membentuk suatu deposit kristal mononatrium urat dalam jaringan dan daerah di sekitar sendi tubuh, yang pada akhirnya secara umum akan bermanifestasi klinis menjadi keluhan nyeri dan/ pembengkakan/peradangan di sekitar jaringan-jaringan sendi, otot, dan tulang tubuh (dinamakan arthritis gout). Penyakit gout inilah yang sering dikenal secara awam dengan penyakit asam urat dengan manifestasi klinisnya yang dikenal juga secara awam dengan penyakit rematik.
Peningkatan produksi asam urat di dalam darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor-faktor genetik/turunan (yakni mengalami kelainan pembuangan asam urat dari ginjal secara turunan dari keluarga – nefropati urat familial), perubahan/penurunan volume urin, kadar hormon estrogen (hormon penyubur perempuan), kelainan/gangguan saraf (otonom), dan menerima tindakan pembedahan sebelumnya.
Di sisi lain, faktanya adalah asam urat di dalam tubuh manusia tidak dapat dipecah lagi menjadi senyawa lainnya yang sangat mudah larut (allantoin) disebabkan tubuh manusia tidak menghasilkan enzim yang dapat melarutkannya (yakni enzim urat oksidase – urikase). Dalam keadaan normal, secara genetik tubuh seseorang dapat memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengeluarkan asam urat di dalam darahnya (yang disebut sebagai faktor pembuangan berlebihan dalam tubuh – instrinsic overexcretor factor). Sebaliknya, orang-orang yang tubuhnya kurang mampu membuang asam urat dari dalam darahnya, kemungkinan mereka tidak mempunyai faktor tersebut atau tidak memiliki fungsi aktivitas faktor tersebut secara optimal.
Data dari beberapa studi lainnya menunjukkan bahwa trauma ringan (seperti berjalan kaki) dan mengkonsumsi makanan/minuman tertentu, di antaranya seperti sayur jengkol/pete, jeroan, makanan kaya/tinggi lemak, dan minuman beralkohol, dapat meningkatkan kadar asam urat di dalam darah dan deposit mononatrium urat di jaringan-jaringan sekitar sendi, otot, dan tulang, sehingga dapat mencetuskan terjadinya penyakit asam urat (gout). Data dari beberapa studi lainnya juga menunjukkan bahwa beberapa obat-obatan, di antaranya seperti diuretik – golongan Tiazid (obat hipertensi dan jantung), aspirin (obat jantung koroner dan sumbatan peredaran darah tubuh), dan siklosporin, dapat mencetuskan terjadinya penyakit asam urat.


B. Gejala dan tanda penyakit asam urat, serta penatalaksanaannya.
Penyakit asam urat tidak selalu menimbulkan keluhan. Pada awalnya manifestasi nyeri dan/ pembengkakan/peradangan di sekitar jaringan-jaringan sendi, otot, dan tulang dapat teradaptasi oleh tubuh seseorang sehingga manifestasi dari penyakit goutnya tidak tampak secara nyata, namun demikian dengan berjalannya waktu, terjadinya peningkatan kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia) dapat terus berkembang (progresif) menjadi rematik (arthritis gout) dan bengkak atau benjolan di sekitar sendi atau otot tubuh (tofus), walau bisa juga terkadang timbul batu di ginjal (nefrolithiasis).
Secara klinis, manifestasi nyeri rematik yang ditimbulkan dari penyakit asam urat (arthritis gout), selain nyeri itu sendiri, adalah kesulitan dalam menggerakkan persendian atau area yang terkena dan berakibat terganggunya fungsi sendi/area tersebut. Pembengkakan dapat terlihat jelas baik disertai kemerahan atau tidak (yang juga merupakan tanda utama dari suatu peradangan). Namun demikian, rasa nyeri tersebut juga dapat terjadi tanpa adanya tanda peradangan yang nyata.
Penyakit asam urat ini juga ditandai dengan peningkatan kadar asam urat darah > 7 mg% pada lelaki atau > 6mg% pada perempuan. Peningkatan kadar asam urat ini sangat bervariasi, tergantung dari usia, jenis kelamin, berat dan tinggi badan, ras, dan faktor budaya. Pada anak-anak, kadar asam urat berkisar antara 3-4 mg%, dengan kecenderungan anak lelaki lebih tinggi kadar asam uratnya dibanding anak perempuan. Setelah usia remaja kadar asam uratnya akan mengalami peningkatan 1-2 mg% dan terus meningkat sesuai dengan pertambahan usia, namun tidak melebihi dari 7 mg% pada lelaki atau 6 mg% pada perempuan. Setelah usia berhenti menstruasi (menopause) kadar asam urat perempuan juga dapat mengalami peningkatan. Kegemukan juga dapat dikaitkan dengan terjadi peningkatan kadar asam urat darah, yang tidak lain merupakan akibat konsumsi makanan yang berlebihan.
Pengobatan asam urat yang dapat diberikan adalah bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri dan/ pembengkakan/peradangan yang telah terjadi, serta menurunkan kadar asam urat di dalam darah atau jaringan-jaringan tubuh semaksimal mungkin. Obat-obatan medis (kimia sintetik) yang biasa digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan/ pembengkakan/peradangan adalah obat anti inflamasi non-steroid berikut turunan-turunannya (di antaranya: indometasin, sodium diklofenak, piroksikam, golongan COXIB, dan lain-lain) atau kolkisin (tablet 0,5;0,6 mg). Penyedotan (aspirasi) cairan sendi terkadang dapat dilakukan apabila pembengkakan/peradangan dan nyeri yang terasa begitu hebatnya, dan dapat juga kemudian diberikan injeksi kortikosteroid (seperti dexametason 2-10 mg atau triamsinolon 10-40 mg) ke dalam sendinya tersebut (intra artikuler). Sementara obat-obatan medis (kimia sintetik) yang biasa digunakan untuk menurunkan kadar asam urat adalah allopurinol (maksimal 300 mg/hari; buat orang tua atau kelainan ginjal, maksimal 100 mg/hari) dan/ obat urikosurik (probenesid, 0,5 g/hari ~ 2x 250 mg/hari).
Sementara itu, pencegahan terjadinya asam urat hanya berkisar pada pengaturan asupan diet (makan) sehari-harinya, yang mengarah pada keseimbangan komposisi nutrisi makannya, terutama dengan pengaturan pada peningkatan serat dan penurunan kadar lemaknya pada jumlah tertentu.
C. Pandangan umum penggunaan herbal medicines terhadap obat-obatan kimia sintetik modern.
Herbal medicines adalah pengobatan dengan menggunakan ramuan berasal dari tumbuh-tumbuhan atau tanaman obat. Pengobatan herbal (CAM) berdasarkan pada upaya untuk mengembalikan dan memperkuat proses penyembuhan secara alami, dan tercapainya keadaan sehat dan dapat memperbaiki gangguan hubungan yang terjadi antara si penderita (pasien) dengan anggota keluarga serta lingkungan sekitarnya. Pengobatan dari jenis herbal mengandung multikomponen yang terdiri atas komponen aktif dan komponen penyangga (komponen yang dapat mengencerkan komponen aktifnya tersebut). Perbandingan dan/ keunggulan dari terapi herbal dibanding terapi yang menggunakan obat-obatan medis standar (kimia sintetik), dapat dilihat di bawah ini:

Kelemahan obat modern atau obat kimia sintetik :
a. Efek samping.
Terdapat efek samping dari obat kimia yang bisa berupa efek samping langsung maupun tidak langsung atau-terakumulasi. Hal ini terjadi karena bahan kimia bersifat anorganik dan murni sementara tubuh bersifat organik dan kompleks. Maka bahan kimia bukan bahan yang benar-benar cocok untuk tubuh. Penggunaan bahan kimia pada tubuh dianggap sebagai sesuatu yang tidak terhindarkan dan digunakan secara terbatas-yang dapat diterima dan ditoleransi oleh tubuh.
b.Sering kurang efektif untuk penyekit tertentu.
Beberapa penyakit memang belum ada obatnya, obat yang ada hanya bersifat simptomatik dan harus diminum seumur hidup. Beberapa penyakit belum diketahui penyebabnya. Banyak pasien secara rutin pergi ke dokter tanpa perbaikan yang signifikan bahkan semakin buruk keadaannya.
c. Harga yang mahal karena faktor impor.
Hampir semua obat kimia yang kita gunakan berasal dari luar. Hal ini terjadi karena untuk menghasilkan obat kita-membutuhkan teknologi tinggi, biasa investasi yang tinggi dan waktu penelitian yang lama. Alasan lain dari impor obat-adalah perlunya kepercayaan atas produsen obat. Sampai saat ini kepercayaan terutama ada pada beberapa negara-yang dikenal produsen obat. Bahan mahal yang diipor terdiri dari obat jadi, bahan baku obat, bahan pengemas obat, teknologi, peralatan dan mesin-mesin, tenaga ahli dan tenaga terampil. Tingginya harga terjadi karena impor-menggunakan mata uang asing yang berfluktuasi sesuai kurs dan juga membuat ketersediaan tidak menentu.

Kelebihan obat herbal :
a. Tidak ada efek samping jika digunakan pada dosis normal.
Hal ini terjadi karena obat herbal tersusun oleh bahan-bahan organik yang kompleks. Dengan kata lain obat herbal-dapat dianggap sebagai makanan yang berarti bahan yang dikonsumsi guna memperbaiki organ atau sistem yang-rusak. Kelebihan obat herbal yang digunakan tentu menyebabkan efek samping seperti halnya kelebihan makanan.-Sebagai hasilnya, sebagai kuncinya, dosis yang dianjurkan untuk penggunaan herbal adalah dosis tradisional dan sedikit-dikurangkan.
b. Efektif, bahkan untuk penyakit yang sulit diobati secara medis.
Berdasarkan pengalaman turun-temurun yang tertulis maupun lisan, dan kemudian dipelajari dari berbagai aspek-seperti botani, kimia dan farmakologi. Pendekatan dalam penggunaan herbal ditekankan pad aspek farmakologi yang-merupakan fungsi herbal tersebut dalam proses pengobatan.
c. Harga murah dan dapat ditanam sendiri.
Terutama jika kita dapat menanam sendiri dengan membuat tanaman obat keluarga (TOGA) yang meliputi tanaman-untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Harga Akan meningkat jika obat herbal itu diperoleh dalam bentuk-simplisia yang dikeringkan. Akan meningkat lagi jika dikonsumsi dalam bentuk the atau kapsul. Bahkan akan menjadi-cukup tinggi jika dalam bentuk ekstrak.
d. Aplikasinya lebih sederhana.
Jika diagnosa sudah jelas maka pengobatan dapat dilakukan di rumah dengan bantuan anggota keluarga yang lain. Bantuan dokter dibutuhkan untuk diagnosis yang benar berdasarkan data laboratorium. Rekomendasi terapi dapat-diberikan oleh dokter yang juga herbalis, tetapi perawatannya bisa di rumah oleh anggota keluarga.

D. Pandangan seimbang penggunaan herbal medicines sebagai CAM secara medis.
Herbal medicines atau pengobatan dengan menggunakan ramuan berasal dari tumbuh-tumbuhan atau tanaman obat, bila dilihat dari keadaan di Indonesia lebih mengesankan keadaan pengobatan tradisionalnya, sedangkan bila dilihat segi pengobatan modern atau konvensionalnya, lebih dianggap sebagai bagian dari pengobatan komplementer atau pengobatan alternatif (complimentary alternative medicine [CAM]). Salah satu keterangan mengenai tumbuhan berkhasiat obat (herbal medicines) di Indonesia menyebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat ini telah berabad-abad digunakan oleh nenek moyang kita dan memberikan hasil yang sangat baik bagi pemulihan kesehatan dan pengobatan penyakit tubuh. Selama berabad-abad tumbuh-tumbuhan diandalkan sebagai obat untuk berbagai penyakit. Catatan sejarah menunjukkan bahwa dulu masyarakat umumnya paham tentang tumbuh-tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai obat dan juga paham mengenai cara penggunaanya sebagai obat.
Pengetahuan tentang tanaman obat di Indonesia dulu diperoleh dari pengalaman para tabib atau berdasarkan pengetahuan dari negeri Cina dan India, karena kepulauan Indonesia merupakan tempat persinggahan orang-orang (khususnya dari negeri-negeri tersebut) yang sedang dalam perjalanan. Dengan masuknya ilmu pengobatan modern di Indonesia terutama yang dibawa oleh Belanda dan kemudian dengan didirikannya Sekolah Dokter Jawa di Jakarta pada awal abad ke XX (tepatnya tahun 1908), maka pengetahuan dan praktek pengobatan dengan tanaman obat secara bertahab dan sistematis mulai ditinggalkan sejak masa itu sampai sekarang. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat dianggap kuno, berbahaya, tidak masuk akal, tidak higienis, dan dianggap bodoh. Kita menjadi semakin jauh meninggalkan pengetahuan dan cara-cara pengobatan menggunakan tanaman-tanaman obat tersebut.
Di negara-negara Jepang, Cina, Taiwan, dan Korea, penggunaan tanaman obat menjadi suatu alternatif bagi setiap pasien. Di negara Amerika Serikat kira-kira 40% penduduknya mengunakan pengobatan komplementer dan alternatif [CAM] (dan kira-kira 50% dari pengguna CAM ini mengkonsumsi obat-obatan herbal). Sebagian besar penggunaan CAM untuk pengobatan penyakit-penyakit tulang belakang, ansietas (gangguan panik pada kasus kejiwaan), depresi (kasus kejiwaan), sakit kepala, dan sebagian kecil digunakan untuk penyakit hati. Di daerah-daerah pedalaman di Afrika kira-kira 89% penduduknya menggunakan pengobatan tradisional.
Pengobatan secara tradisional berdasarkan pada upaya untuk mengembalikan dan memperkuat proses penyembuhan secara alami, dan tercapainya keadaan sehat dan dapat memperbaiki gangguan hubungan yang terjadi antara si penderita (pasien) dengan anggota keluarga serta lingkungan sekitarnya. Pengobatan dari jenis herbal mengandung multikomponen yang terdiri atas komponen aktif dan komponen penyangga (komponen yang dapat mengencerkan komponen aktifnya tersebut). Pengobatan dari jenis herbal di Cina, lebih dari 80% terdiri atas 4-5 bahan, yang komposisinya mengandung 1-2 komponen utama, sedangkan komponen lainnya bersifat membantu, antara lain untuk mengurangi toksisitas (efek keracunan) yang ditimbulkan oleh obat tersebut, mempermudah masuknya obat untuk sampai pada organ target, dan merupakan salah satu komponen yang dapat bekerja sinergis (saling memperkuat) pada komponen utamanya.
Penggunaan CAM (complementary and alternative medicine) semakin banyak digunakan oleh masyarakat dengan berbagai macam alasan. Pengobatan CAM ini termasuk di antaranya adalah akupuntur, naturopathy, homeopathy, chiropractic, pijat, pengobatan tradisional (seperti: chineese medicine, jamu, ayurveda, pengobatan dengan program diet, black seed [Nigella sativa], dan pengobatan dengan beberapa suplemen lainnya).
Di Amerika Serikat, biaya penggunaan (konsumsi) CAM ini sejak tahun 1997 sudah mencapai 40 milyar US$., yang sebagian besar dari para penggunanya (hampir 50%) tidak memberitahukan dan mengkonsultasikannya pada dokter. Dampak selanjutnya yang ditimbulkan di negara tersebut adalah didirikannya suatu pusat pengontrolan penyalahgunaan obat-obat CAM (National Centre for Complimentary and Alternative Medicine), mengingat CAM juga merupakan zat-zat yang dikonsumsi ke dalam tubuh manusia, yang sedikit atau banyak dapat menimbulkan resiko yang sangat berbahaya bila tidak ada pengontrolannya (walaupun dia berasal dari tumbuh-tumbuhan alami).
Faktanya menunjukkan bahwa sudah banyak studi-studi mutakhir terpublikasi yang meneliti mengenai khasiat dari pengobatan secara herbal tersebut. Akhir-akhir ini juga dilaporkan dari hasil-hasil studi tersebut bahwa sejumlah obat-obatan CAM dapat berfungsi sebagai vitamin, zat anti oksidan, dan zat modulator (yang dapat meningkatkan) sistem imun tubuh, terutama pada kasus-kasus penyakit kronis (yang sudah menahun). Namun demikian studi-studi uji klinis mengenai efektivitas dan keamanan penggunaan CAM pada manusia masih sangat terbatas, yang disebabkan oleh banyak hal, di antaranya adalah adanya kesulitan dalam menyusun desain penelitian di mana obat-obatan yang berasal dari jenis herbal medicines tersebut, sering ditemukan dalam bentuk kombinasi, sehingga penilaian terhadap bahan aktif yang terkandungnya sendiri sulit untuk ditentukan, dengan kata lain kemungkinan tidak ada standardisasi untuk zat aktif dari jenis herbal medicines yang dapat dipakai sebagai pembanding, belum diterapkannya standardisasi GMP (gross manufacturing product) pada produksi obat-obatannya, dan belum diketahuinya secara jelas mengenai aspek-aspek efektivitas dan keamanan penggunaannya pada manusia. Obat-obatan yang berasal dari jenis herbal (seperti: obat-obat tradisional, suplemen makanan, dan pangan fungsional) secara umum dinyatakan dapat mencegah dan/ mengobati suatu penyakit tubuh, hanya setelah terbukti khasiat dan keamanannya melalui suatu uji klinis obat-obatan tersebut terhadap manusia.
Dalam pengevaluasian obat-obatan jenis herbal, perlu diperhatikan keadaan tanah dan cuaca tempat tanaman tersebut tumbuh, cara pengeringan, dan cara ekstraksinya. Untuk mendapatkan manfaat yang terbaik dengan penggunaan obat-obatan jenis herbal ini, perlu diperhatikan beberapa keadaan sebagai berikut:
1. Waktu pemetikan (daun obat) yang terbaik adalah saat tanaman berbunga sampai dengan buah belum masak, buah dalam keadaan masak, biji dari buah yang masak sempurna, dan akar atau umbi pada waktu tanaman tidak tumbuh lagi.
2. Pencucian dan pengeringan yang baik (yaitu mencuci bersih dengan air yang mengalir, lalu mengeringkannya secara perlahan-lahan pada keadaan sinar matahari tidak terlalu terik), dengan melayukan dulu daunnya sebelum dijemur.
3. Bahan-bahan tanaman obat bisa berbentuk tunggal atau ramuan.
4. Untuk merebusnya tidak bisa menggunakan panci logam karena dapat menimbulkan reaksi kimia yang merugikan (terutama pada kandungan-kandungan yang terdapat di dalam tanaman obat tersebut). Harus digunakan kuali tanah, panci keramik, atau setidaknya dengan panci email.
5. Waktu meminum obat yang bersifat tonik ialah saat waktu kosong, untuk obat yang bersifat menenangkan diminum sebelum tidur, dan bila perlu sesering mungkin (sebagai pengganti teh).
6. Cara meminum obatnya dengan pemberian dosis untuk sehari, dibagi untuk 2-3 kali minum, harus diminum dalam keadaan hangat atau sesudah dingin (sesuai dengan jenis penyakit), dan obat yang agak beracun diminum sedikit demi sedikit, tetapi sering.
7. Lama pemberian pengobatan herbal umumnya dalam waktu cukup lama, tetapi bersifat konstruktif dan berfungsi memperbaiki sistem dan organ yang rusak serta sebagai imunostimulator (penstimulasi sistem imun tubuh).

Penggunaan obat-obatan herbal yang ada di Indonesia pada saat ini masih menghadapi beberapa kendala, yaitu:
1. Keseragaman dosis belum dapat dijamin karena kandungan zat khasiatnya dapat berbeda-beda.
2. Masa kadaluarsa (expired doses [ED]), umumnya hanya 3-4 bulan, karena serbuk bahan obat herbal tersebut bersifat higroskopis (mudah menjadi lunak dan lengket, serta mudah ditumbuhi jamur).
3. Adanya pencemaran bentuk obat jadinya (terutama oleh para pekerja pengolahan produksi obatnya), karena proses produksinya yang dilakukan secara manual.

Jadi sangatlah penting untuk selalu menyelidiki, memantau, dan mengevaluasi kembali, apakah bahan-bahan herbal tersebut dapat bermanfaat dan berperan sangat baik terhadap proses penyembuhan suatu penyakit pada tubuh. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dievaluasi selalu mengenai penggunaan obat-obatan dari jenis herbal adalah obat-obatan herbal tidak bebas dari efek-efek samping pada tubuh, kemungkinan bisa tercemar zat-zat sintetik (zat kimia buatan) yang berbahaya dan mengandung bahan-bahan tanaman yang beracun (toksik), dapat berinteraksi dengan obat-obatan modern, dan hati-hati dalam menggunakannya pada pasien yang sedang hamil, menyusui, dan anak-anak.
Suatu hal yang harus diperhatikan adalah sebagian besar ahli medis (dokter, dokter spesialis, perawat, bidan, dan lain-lain) di Indonesia, yang telah terdidik dengan ilmu kedokteran barat, tidak boleh bersikap konfrontasi terhadap maraknya publikasi dari penggunaan obat-obat CAM tersebut, akan tetapi sebaiknya ikut mempelajari mengenai obat-obat CAM tersebut, baik dari ilmunya, penggunaannya, indikasinya, dan kemungkinan toksisitasnya (bahaya keracunannya), yang mungkin dapat terjadi pada tubuh manusia yang telah mengkonsumsinya.
Pada akhirnya tidak ada 2 jenis pengobatan yang sering dikenal sebagai pengobatan konvensional dan/ alternatif, akan tetapi hanya ada 1 jenis pengobatan yaitu apabila jenis pengobatannya tersebut sudah diakui bermanfaat atau tidak (untuk kemanusiaan). Begitu suatu pengobatan sudah diuji secara luas dan bermanfaat bagi kemanusiaan, maka tidak perlu lagi meragukannya dan menjauhkannya disebabkan oleh ketidakpercayaan terhadap salah satu jenis obat tersebut.
Daftar beberapa nama CAM (dengan nama-nama ilmiahnya), dan beberapa aspek efektivitas dan keamanannya pada tubuh manusia, dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2.































Panduan praktis.

1. Asam urat merupakan metabolit normal di dalam tubuh manusia sebagai hasil akhir pemecahan (metabolisme) protein. Pembentukan (metabolisme) asam urat disebabkan dan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor dari dalam tubuh dan dari luar tubuh.
2. Penyakit asam urat merupakan suatu deposit kristal mononatrium urat di sekitar sendi, yang pada akhirnya menjadi keluhan nyeri dan/ pembengkakan/peradangan di sekitarnya (arthritis gout), dengan manifestasinya adalah rematik.
3. Peningkatan produksi asam urat di dalam darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor-faktor genetik/turunan, perubahan/penurunan volume urin, kadar hormon estrogen, kelainan/gangguan saraf, dan menerima tindakan pembedahan sebelumnya.
4. Data dari beberapa studi lainnya menunjukkan bahwa trauma ringan dan mengkonsumsi makanan/minuman tertentu, di antaranya seperti sayur jengkol/pete, jeroan, makanan kaya/tinggi lemak, dan minuman beralkohol dapat mencetuskan terjadinya penyakit asam urat (gout).
5. Penyakit asam urat tidak selalu menimbulkan keluhan. Secara klinis, manifestasi nyeri rematik yang ditimbulkan dari penyakit asam urat (arthritis gout), selain nyeri itu sendiri, adalah kesulitan dalam menggerakkan persendian atau area yang terkena dan berakibat terganggunya fungsi sendi/area tersebut.
6. Herbal medicines adalah pengobatan dengan menggunakan ramuan berasal dari tumbuh-tumbuhan atau tanaman obat. Pengobatan herbal (CAM) berdasarkan pada upaya untuk mengembalikan dan memperkuat proses penyembuhan secara alami, dan tercapainya keadaan sehat dan dapat memperbaiki gangguan hubungan yang terjadi antara si penderita (pasien) dengan anggota keluarga serta lingkungan sekitarnya. Pengobatan dari jenis herbal mengandung multikomponen yang terdiri atas komponen aktif dan komponen penyangga
7. Suatu hal yang harus diperhatikan adalah sebagian besar ahli medis di Indonesia, yang telah terdidik dengan ilmu kedokteran barat, tidak boleh bersikap konfrontasi terhadap maraknya publikasi dari penggunaan obat-obat CAM tersebut, akan tetapi sebaiknya ikut mempelajari mengenai obat-obat CAM tersebut, baik dari ilmunya, penggunaannya, indikasinya, dan kemungkinan toksisitasnya (bahaya keracunannya), yang mungkin dapat terjadi pada tubuh manusia yang telah mengkonsumsinya.
8. Pada akhirnya tidak ada 2 jenis pengobatan yang sering dikenal sebagai pengobatan konvensional dan/ alternatif, akan tetapi hanya ada 1 jenis pengobatan yaitu apabila jenis pengobatannya tersebut sudah diakui bermanfaat atau tidak (untuk kemanusiaan). Begitu suatu pengobatan sudah diuji secara luas dan bermanfaat bagi kemanusiaan, maka tidak perlu lagi meragukannya dan menjauhkannya disebabkan oleh ketidakpercayaan terhadap salah satu jenis obat tersebut.






BAB III.
TERAPI HERBAL ASAM URAT


A. Beberapa terapi herbal asam urat dan khasiatnya.
A.1.Kayu Manis (padang)
(Cinnamomum burmani (nees) Bl.).
Sinonim:
Cinnamomum chinense Bl. Cinnamomum dulce Nees. Cinnamomum kiamis Nees.
Familia:
Lauraceae.
Uraian:
Pohon tinggi dapat mencapai 15 meter. Batang berkayu dan bercabang-cabang. Daun tunggal, lanset, warna daun muda merah pucat setelah tua berwarna hijau. Perbungaan bentuk malai, tumbuh di ketiak daun, warna kuning. Buah buni, buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam. Akar tunggang.
NamaLokal:
Nama simplisia = Cinnamomi cortex, Cassia vera; kayu manis (Padang), kayu manis.

Komposisi:
Kulit kayu: minyak atsiri, tanin, damar, dan lendir.



A.2. Brotowali
(Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin t).
Sinonim:
Tinospora rumphii, Boerl. T. tuberculata Beumee. Cocculus crispus, DC. Menispermum verrucosum. M.crispum, Linn. M.tuberculatum, Lamk.
Familia:
Menispermaceae.
Uraian:
Tumbuhan liar di hutan, ladang atau ditanam dihalaman dekat pagar. Biasa ditanam sebagai tumbuhan obat. Menyukai tempat panas, termasuk perdu, memanjat, tinggi batang sampai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat rasanya pahit. Daun tunggal, bertangkai, berbentuk seperti jantung atau agak budar telur berujung lancip, panjang 7 - 12 cm, lebar 5 - 10 cm. Bunga kecil, warna hijau muda, berbentuk tandan semu. Diperbanyak dengan stek.
NamaLokal:
Antawali, bratawali, putrawali, daun gadel (Jawa); Andawali (Sunda), Antawali (Bali); Shen jin teng (China).

Komposisi:
KANDUNGAN KIMIA :
Alkaloid, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid,zat pahit pikroretin, harsa, berberin dan palmatin. Akar mengandung alkaloid berberin dan kolumbin,- protein: dalam-daun = 4.7%, “stem” = 1.2%; lemak: dalam-daun = 1.5%, “stem” = 0.43%; karbohidrat:-dalam-daun = 11.8%, “stem” = 19.4%; “ash”: dalam-daun = 2.7%, “stem” = 1.1%; kelembaban: pada-daun =79.3%, “stem” = 77.9%; kandungan-serat: pada-daun = 1.59%, “stem” = 0.65%; dan kandungan-energi: dalam-daun =1.59%, “stem” = 0.65%.
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS :
Pahit, sejuk. Menghilangkan sakit (analgetik), penurun panas (antipiretik), melancarkan meridian/aliran-chi.



A.3. Kumis Kucing
(Orthosiphon aristatus (B1) Miq.).
Sinonim:
O. longiflorum, Ham. O. grandiflorum et aristatum, Bl. O. spiralis, Merr. O. stamineus, Benth. O. grandiflorus, Bold. Clerodendranthus spicatus (Thunb.) C.Y. Wu. Trichostemma spiralis, Lour.
Familia:
Labiatae-atau-lamiaceae.
Uraian:
I. Uraian tanaman: Terna, tumbuh tegak, pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya, tinggi 1-2 m, batang segi empat agak beralur, berbulu pendek atau gundul. Daun tunggal, bundar telur lonjong, lanset atau belah ketupat, berbulu halus, pinggir bergerigi kasar tak teratur, kedua permukaan berbintik-bintik karena ada kelenjar minyak atsiri. Bunga berupa tandan yang keluar di ujung cabang, wama ungu pucat atau putih (ada yang warna biru dan putih), benang sari lebih panjang dari tabung bunga. Buah geluk wama coklat gelap. Tumbuh di dataran rendah dan daerah ketinggian sedang. II. Syarat tumbuh: a. Iklim 1. Ketinggian tempat : 500 m - 900 m di atas permukaan laut 2. Curah hujan tahunan : 3000 mm/tahun 3. Bulan basah (diatas 100 mm/bulan) : 7 bulan - 9 bulan 4. Bulan kering (dibawah 60 mm/bulan) : 3 bulan - 5 bulan 5. Suhu udara : 280C - 340C 6. Kelembapan : sedang 7. Penyinaran : tinggi b. Tanah 1. Jenis : andosol, latosol 2. Tekstrur : lempung berpasir 3. Drainase : baik 4. Kedalaman air tanah : diatas 70 cm dari permukaan tanah 5. Kedalaman perakaran: 30 cm - 60 cm dari permukaan tanah 6. Kemasaman (pH) : 5 - 7 7. Kesuburan : sedang - tinggi III. Pedoman bertanam: a. Pengolahan Tanah 1. Tanah dicangkul sedalam 30 cm - 40 cm hingga gembur 2. Buatkan bedengan selebar 100 cm - 120 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedengan 40 cm - 50 cm, dan panjangnya disesuaikan kondisi lahan 3. Tebarkan pupuk kandang diatas bedengan tersebut b. Persiapan Bibit 1. Pada umumnya tanaman kumis kucing diperbanyak dengan stek batang atau stek cabang 2. Pilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua, lalu dipotong menjadi stek-stek berukuran panjang 15 cm - 25 cm atau beruas sekitar 2 buku - 3 buku c. Penanaman 1. Stek bibit ditanam langsung di kebun sedalam 5 cm, kemudian padatkan tanah di sekitar pangkal stek 2. Jarak tanam 30 cm x 30 cm, 40 cm x 40 cm, 40 cm x 50 cm dan 60 cm x 60 cm..
NamaLokal:
Kumis kucing, Mamang besar (Indonesia); Kutun, mamam, bunga laba-laba (Jawa); Mao Xu Cao (China).

Komposisi:
KANDUNGAN KIMIA:
Orthosiphon glikosida, zat samak, minyak atsiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, garam kalium, myoinositol,-(rasanya-agak-asin,-sepet,-dan-pahit).
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS:
Manis sedikit pahit, sejuk, anti-inflammatory (anti radang), peluruh air seni (diuretic), menghancurkan batu saluran kencing.



A.4. Meniran
(Phylanthus urinaria, Linn.).
Sinonim:
Phylanthus alatus, Bl. P. cantonensis, Hornem. P. echinatus, Wall. P. lepidocarpus, Sieb.et Zucc P. leprocarpus, Wight.
Familia:
Euphorbiaceae.
Uraian:
Morfologi Meniran : Batang : Berbentuk bulat berbatang basah dengan tinggi kurang dari 50 cm. Daun : Mempunyai daun yang bersirip genap setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk yang mempunyai ukuran kecil dan berbentuk lonjong. Bunga : Terdapat pada ketiak daun menghadap kearah bawah. Syarat tumbuh : Meniran tumbuhan berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di hutan-hutan, ladang-ladang, kebun-kebun maupun pekarangan halaman rumah, pada umumnya tidak dipelihara, karena dianggap tumbuhan rumput biasa. Meniran tumbuh subur ditempat yang lembab pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.
NamaLokal:
Child pick a back (Inggris), Kilanelli (India), Meniran (Jawa); Zhen chu cao, Ye xia zhu (Cina), Gasau madungi (Ternate).

Komposisi:
Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui,-antara lain :
lignan (Filantin, hipofilantin, nirantin, lintetratin), flavonoid (quercetin, quercitrin,-isoquercitrin, astragalin, rutin, kaempferol-4, rhamnopynoside), alkaloid, triterpenoid, asam-lemak (asam ricinoleat, linoleat, linolenat), vitamin C, kalium, damar, tanin, geraniin,-phyllanthin dan hypophyllanthin.
EFEK FARMAKOLOGIS :
Tumbuhan ini bersifat: astringent, peluruh air seni (menghambat-pembentukan kristal kalsium oksalat), penurun panas, anti hepatotoksik, anti bakteri terhadap Escherichiacoli, staphylococcus aureus, bacillus subtilis, hipoglikemik.
Ekstrak meniran dapat menghambat aldosereductase (AR) karena senyawa ellagic acid-nya mempunyai daya hambat enam kali lebih kuat daripada quercitrin yang dikenal-sebagai penghambat AR (proses reduksi aldose menjadi diabetes).
Dalam farmakologi Cina disebut tumbuhan ini memiliki rasa agak asam dan sejuk.



A.5. Sawi Tanah
(Nasturtium montanum Wall.).
Sinonim:
Rorippa indicum, (Linn.), Hieron. = R. montana, (Wall.), small. = Sinapis pusilla, Roxb.
Familia:
Cruciferae (Brassicaceae).
Uraian:
Terna, tumbuh liar di tepi saluran air, di ladang dan di tempat-tempat yang tanahnya agak lembab sampai setinggi 1.300 m dari permukaan laut. Berbatang basah, tinggi sampai 55 cm. Daun bentuk bulat telur, atau bulat memanjang, ujung melancip, tepi bergerigi atau beringgit, tunggal, duduk tersebar. Bunga kecil warna kuning, tersusun dalam tandan pada ujung-ujung batang. Buah berupa buah lobak, bila masak membuka dengan 2 katub.
NamaLokal:
Sawi lemah, sawi taneuh, jukut sakti, rom taroman,; tempuyung, kamandilan, maru maru.; Han cai (China).

Komposisi:
KANDUNGAN KIMIA: Rorifone, rorifamide, 6 crystalline substans (2 substansi netral dan 4 asam organik) dan beberapa turunan decyanated.
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa pedas, " hangat ", penurun panas, anti racun, peluruh air seni, mencairkan dahak (mucolitik), anti bakteri.









A.6. Habbatus sauda`
(Nigella sativa).
Sinonim:
Black Cumin atau Fitch (dari Kitab Injil), Black Seed atau Love in the Mist atau Black Carraway Seed atau Habbatul Baraka (Inggris dan Amerika Serikat), Kalonji, Azmut, Gurat, Aof, dan Aosetta (Urdu, Hindi, Srilangka), Syuniz/Shonaiz, Al-Habbah Al-Sawda, Habbet el-baraka dan Khondria (Persia dan Pakistan), dan Nigella sativa (nama botanical plants numenklature).
Familia:
Ranunculaceae.
Uraian:
Tanaman ini mudah tumbuh di Benua Eropa (tepatnya di dataran Eropa Timur bagian tengah). Tanaman Habatus sauda` juga banyak ditemukan di sepanjang dataran negara Pakistan sampai dengan India (dalam bentuk semak-semak tanaman). Asal dari tanaman Habatus sauda` ini pada umumnya dari Negara Turki dan Italia. Kemudian, tanaman ini dibawa ke beberapa negara di Benua Asia oleh beberapa orang dokter, ditanam dan dikembangbiakan di negara Pakistan dan India. Tanaman Habatus sauda` secara keseluruhan tampak seperti segitiga, bijinya berwarna hitam, beraroma sangat menyengat dan rasanya pahit, memiliki tinggi 35-50cm (sekitar setengah meter) yang bercabang dan melingkar pada bagian atasnya, berambut, memiliki bunga-bunga dengan warna putih kebiruan, dan dipenuhi juga dengan dedaunan (daun pada bagian bawah tanaman lebih kecil dari bagian atasnya). Butir-butir Habbatus sauda` (Nigella sativa) dapat mereproduksi diri dengan sendirinya dan akan mengalami metamorfosis (perubahan dan pematangan bentuk fisik) dari biji yang (pada awalnya) berwarna putih menjadi biji yang bewarna hitam (setelah mengalami proses metamorfosis).
NamaLokal:
Syuniz atau jinten hitam.

Komposisi:
Komposisi zat-zat kimia alami (natural biochemical substances) yang terkandung dalam biji-biji Habatus sauda`= Secara umum terdiri dari sekitar 40% minyak konstan (fatty oil content), 1,5% minyak esensial (essential oil contents), 15 asam amino (alanine, arginine, isoleucine, lysine, tryptophane, thyrosine, threonine, asparagine, cystine, glycine, glutamic acid, metionine, dan proline), protein, ion kalsium (Ca2+), zat besi (Fe2+), ion sodium (Na+) dan potasium (K+). Sedangkan kandungan utama pada biji-biji Habbatus sauda` adalah Thymoquinone (TQ), Dithymoquinone (DTQ), Thymohidroquinone (THQ), dan Thymol (THY).
Komposisi dan aksi dari masing-masing zat-zat kimia alami yang terkandung pada butir-butir Habatus sauda` dapat dilihat pada Lampiran 3.

A.7. Minyak Zaitun
(Olea europaea).
Familia:
Oleaceae.
Uraian:
pohon kecil tahunan dan hijau abadi, yang buah mudanya dapat dimakan mentah ataupun sesudah diawetkan sebagai penyegar. Buahnya yang tua diperas dan minyaknya diekstrak menjadi minyak zaitun yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan. Zaitun dikelompokkan ke dalam suku Oleaceae.
Tanaman zaitun memiliki ciri-ciri di antaranya:
• tumbuh sebagai perdu mempunyai bunga berbentuk lonceng
• daun tunggal dengan kedudukan berhadapan tanpa daun penumpu
• bunga banci atau berkelamin tunggal dan buah menumpang
• buahnya berupa buah batu dengan biji memiliki endosperma
Zaitun mulai berbuah saat berumur lima tahun dan usianya dapat mencapai ribuan tahun, sehingga yang tadinya perdu telah menjadi pohon besar. Pohon zaitun yang berumur ribuan tahun di antaranya pernah ditemukan di Palestina yang bertahan hidup hingga 2000 tahun.
Distribusinya meliputi daerah-daerah iklim panas sampai iklim sedang. Kebanyakan jenisnya dapat ditemui di daerah Laut Tengah. Tumbuhan ini masih berkerabat dengan melati (Jasminum sambac).
NamaLokal:
Minyak olive (olive oil); Minyak Zaitun.

Komposisi:
KANDUNGAN KIMIA : Minyak zaitun dianggap sebagai minyak yang sehat karena mengandung lemak tak jenuh yang tinggi (utamanya asam oleik dan polifenol). Banyak manfaat dari pohon zaitun ini. Selain buahnya yang enak, kayu dari pohon zaitun juga sangat bagus, keras dan indah. Selain untuk dimakan buah zaitun juga digunakan sebagai penyedap makanan. Apabila diperas buahnya, kita dapat memperoleh minyaknya. Minyak ini dapat digunakan sebagai bumbu salad dan belakangan banyak digunakan untuk bahan kosmetik yang dapat menjaga kelembaban dan kekencangan kulit sehingga diyakini dapat menjadikan kulit awet muda.
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Minyak zaitun memiliki kualitas (mutu) sesuai dengan “flavor”, warna, aroma, sebagaimana dengan tingkat asiditas (derajat keasamannya), yang merupakan elemen terpenting dalam penentuan mutunya.







A.8. Daun Dewa
(Gynura segetum (Lour) Merr).
Sinonim:
Tinospora rumphii, Boerl. T. tuberculata Beumee. Cocculus crispus, DC. Menispermum verrucosum. M.crispum, Linn. M.tuberculatum, Lamk.
Familia:
Compositae atau Asteraceae.
Uraian:
Daun Dewa disebut Gynura segetum (Lour) Merr atau Gynura pseudochina (L) DC. termasuk ke dalam famili tumbuhan Compositae atau Asteraceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah:Beluntas cina, Daun Dewa atau samsit.
Komposisi:
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Kandungan kimia yang sudah diketahui, antara lain : saponin, minyak atsiri, flavonoid, tanin, polifenol, asam klorogenat, asam kalfeat, asamvanilat, asam p-kumarat, dan asam p-hidroksi benzoat, alkaloid, triterpenoid dan sterol. Tumbuhan ini bersifat : anti coagulant (mencairkan bekuan darah), stimulasi sirkulasi, menghentikan pendarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun, anti karsinogen dan anti mutagenitas, diuretik. Dalam farmakologi Cina disebut tumbuhan ini memiliki rasa khas dan sifat netral.


B. Aspek penggunaan dan kemananan terapi herbal asam urat.
Aspek penggunaan.
B.1.Kayu Manis (padang)
(Cinnamomum burmani (nees) Bl.).

Kegunaan:
1. Rematik/asam urat.
2. Nyeri pinggang.
3. Mencret.
4. Sakit perut.
5. Anti-bakteri.
6. Membangkitkan nafsu makan.
7. Memberi aroma pada makanan dan obat tradisional.

Penyakit yang dapat diobati:
Sifat khas:
Pedas, agak manis, dan menghangatkan.
Khasiatnya: Analgesik, stomakik, dan aromatik.
Penelitian: Harry Onggirawan, 1980. Jurusan Farmasi, FMIPA UNHAS., telah melakukan penentuan koefisien fenol, minyak atsiri kulit Kayu Manis (Padang) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhosa. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata minyak atsiri kulit kayu manis (Padang) mempunyai daya antimikroba (koefisien fenol) 3,18 (berarti 3,18 kali lebih kuat daripada fenol) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Daya antimikroba (koefisien fenol) 3,64 terhadap Salmonella typhosa. Ria Amelya, 1992. Jurusan Biologi, FMIPA UNAND., telah melakukan penelitian pengaruh daya hambat kayu manis (Padang) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata sari kayu manis (Padang) dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1,1%, sedangkan pada konsentrasi 0,3%; 0,5%; 0,7%; dan 0,9% tidak dapat menghambat.

Ramuan dan takaran:
Selain minum obat asam-urat sebaiknya juga diberi tapal
ramuan :
Kayu Manis (Padang) 3 gram
Buah Kayu Ules 2 gram
Rasuk Angin 2 gram
Rimpang Kencur segar 8 gram
Ketumbar 3 gram
jintan Hitam 2 gram
Mungsi 2 gram
Rimpang Lempuyang 10 gram
Pulosari 2 gram
Buah Adas 2 gram
Biji Kedawung 4 butir
Air sedikit

Cara pembuatan:
Dipipis hingga menjadi pasta.

Cara pemakaian:
Ditapalkan di seluruh bagian yang terasa sakit atau membengkak.

Efek samping dan keamanan.
Belum ada data efek samping terapi herbal ini yang pernah dilaporkan.
PERHATIAN : Sedikit beracun; wanita hamil, penderita demam, Yin lemah, Yang kuat, penyakit-pendarahan, dilarang minum.



B.2. Brotowali
(Tinospora crispa (L.) Miers.hen jin t).

Kegunaan:
1. Rheumatic arthritis dan/ gout (asam urat).
2. Rematik sendi pinggul (sciatica), memar.
3. Demam.
4. Demam kuning (jaundice/icteric).
5. Merangsang nafsu makan.
6. Kencing manis.
7. Kurang darah (anemia).
8. Penyakit-kulit.
9. Anti bakteri.
10. Anti kanker.

Penyakit yang dapat diobati:
Reumatik/asam urat, Demam, Nafsu makan, Kencing manis, dan kanker.
Uji pra klinis Brotowali pada kultur sel HeLa (karsinomaserviks/kanker leher rahim), menunjukkan efek-sitotoksisitas dari ekstrak brotowali setara dengan efek dari doxorubicin. Diperkirakan tanaman ini mempunyai prospek yang baik sebagai anti neoplastik.

PEMAKAIAN : 10 - 15 gr , rebus , minum.

PEMAKAIAN LUAR : Air rebusan batang brotowali dipakai untuk cuci koreng, kudis, luka-luka.

CARA PEMAKAIAN :
1. Rheumatik/asam-urat :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong seperlunya, direbus
dengan 3 gelas air sampai menjadi 1 1/2 gelas. Setelah dingin
disaring, ditambah madu secukupnya, minum. Sehari 3 x 1/2 gelas.
2. Demam kuning (icteric/jaundice) :
1 jari batang brotowali dicuci dan potong-potong, direbus dengan 3
gelas air sampai menjadi 1 1/2 gelas. Diminum dengan madu
secukupnya. Sehari 2 x 3/4 gelas.
3. Demam :
2 jari batang brotowali direbus dengan 2 gelas air, sampai menjadi 1
gelas. Setelah dingin, diminum dengan madu secukupnya. Sehari 2x
1/2 gelas.
4. Kencing manis :
1/3 genggam daun sambiloto, 1/3 genggam daun kumis kucing, 3/4
jari ± 6 cm batang brotowali dicuci dan dipotong-potong, direbus
dengan 3 gelas air sampai menjadi 2 gelas. Diminum setelah makan,
sehari 2 X 1 gelas.
5. Kudis (scabies) :
3 jari batang brotowali, belerang sebesar kemiri, dicuci dan
ditumbuk halus, diremas dengan minyak kelapa seperlunya. Dipakai
untuk melumas kulit yang terserang kudis. Sehari 2 x.
6. Luka :
Daun brotowali ditumbuk halus, letakkan pada luka, diganti 2 x
perhari. Untuk mencuci luka, dipakai air rebusan batang brotowali.

Efek samping dan keamanan.
Belum ada data efek samping terapi herbal ini yang pernah dilaporkan dari banyak studi medis yang dievaluasi dari LD50 pada penggunaan terapi herbal-nya lebih dari 1000 μg/ml.
B.3. Kumis Kucing
(Orthosiphon aristatus (B1) Miq.).

Kegunaan:
1. Rematik/asam-urat.
2. Infeksi ginjal (acute dan chronic nephritis).
3. Infeksi kandung kemih (cystitis).
4. Sakit kencing batu.
5. Peluruh air seni (diuretic).
6. Anti hipertensi.
7. Menghilangkan panas dan lembab.

Penyakit yang dapat diobati:
Infeksi Ginjal, Infeksi Kandung kemih, Kencing batu, Encok; Peluruh air seni, menghilangkan panas dan lembab.

Ramuan:
Selain minum obat asam urat sebaiknya juga diberi tapal ramuan :

Cara pembuatan:
Seluruh tumbuhan, basah atau kering (dianginkan dahulu, lalu dijemur di panas matahari).
Kira-kira 30 - 60 gr. (kering), atau 90 - 120 gr (basah) direbus, atau dengan merebus setengah genggam daun yang ditambah air sebanyak 2-gelas dan direbus sehingga tersisa air sebanyak 1 gelas. Air rebusan ini diminum 2 kali sehari sebanyak masing-masing-setengah gelas, atau yang kering/basah diseduh sebagai teh.

Cara pemakaian:
1. Encok, asam urat. 4 - 5 helai daun kumis kucing, 4 - 5 tanaman meniran, rebus dengan air-bersih hingga tinggal setengah bagian. Minum beberapa kali sehari.
2. Infeksi kandung kemih. Batu dalam kandung kemih 5 - 10 helai daun kumis kucing direbus-dengan setengah gelas air dan minum 2 kali-sehari, atau O.aritatus, Phyllanthus urinaria (meniran), Commelina communis, masing-masing 30 gr., direbus.
3. Sakit kencing batu. 4 - 7 helai daun kumis kucing, 7 tanaman meniran, rebus dengan dua gelas air hingga tinggal setengahnya,-minum-3 kali sehari.
4. Batu kantung empedu. Segenggam daun kumis kucing, sejempol kunyit, 7 helai daun ungu, dua siung bawang putih, digiling, ditambah sepotong kayumanis. Rebus dalam satu setengah liter air hingga tinggal setengahnya. Minum air rebusan itu dua kali sehari.
5. Menghilangkan panas dan lembab serta masuk angin. Untuk 1 s/d 5, tanaman kumis kucing-sebanyak 30-60 gram (kering)-atau 90-120-gram (basah) direbus dan minum, atau-daun-basah/kering diseduh sebagai teh.
6. Bengkak kandung kemih. Kumis kucing, Planto asiatica (daun urat) dan Hedyotisdiffusa (rumput lidah ular) semuanya direbus, airnya diminum.
7. Infeksi saluran kencing, sering kencing sedikit-sedikit (anyang-anyangan). Kumis kucing, meniran (Phyllanthusurinaria), Commelina communis, masing-masing 30 gram, direbus.
8. Keputihan. Daun kumis kucing dan beluntas masing-masing 1 genggam, jintan hitam 1 sendok teh dan kemukus 10 biji, direbus dan minum 2 kali sehari.
9. Nephritis, edema (bengkak):
O.aristatus (kumis kucing) 30 gr, Planto asiatica (daun urat) 30 gr,
Hedyotis diffusa. (rumput lidah ular) 30 gr, semuanya direbus.

Efek samping dan keamanan.
Belum ada data efek samping terapi herbal ini yang pernah dilaporkan.



B.4. Meniran
(Phylanthus urinaria, Linn.).

Kegunaan:
1. Rematik/asam-urat.
2. Sakit kuning (liver),
3. Malaria.
4. Demam.
5. Ayan.
6. Batuk.
7. Haid lebih.
8. Disentri.
9. Luka bakar.
10. Luka koreng.
11. Jerawat.

Penyakit yang dapat diobati:
Sakit kuning (lever), Malaria, Demam, Ayan, Batuk, Haid lebih; Disentri, Luka bakar, Luka koreng, Jerawat.

BAGIAN TANAMAN YANG DIGUNAKAN :
Seluruh tanaman yang kering dengan dianginkan.

Ramuan, takaran, cara pembuatan, dan cara pemakaian:
1. Rematik: Minum rebusan air meniran. (Saran: 3x 1 kapsul per hari, minum banyak air).
2. Nephritic edema (Radang ginjal dengan protein dalam air seni.): Setengah genggam daun meniran ditambah tiga gelas air; rebus sampai tiga perempatnya, ditambah madu. Sehari 3 kali tiga perempat gelas minum. (Saran: 3x 2 kapsul perhari, minum banyak air).
3. Susah kencing. disertai sakit perut/pinggang. Tanaman segar 7 , rebus 2 gelas sampai 1-gelas. Sehari kali sepertiga gelas. (Saran: 2x 1 kapsul per hari, minum banyak air).
4. Nyeri buang air kecil. Lima batang meniran berikut akarnya, direbus dalam 2 gelas air-sampai menjadi satu gelas, minum. (Saran: 2x1 kapsul per hari, minum banyak air).
5. Batu ginjal. Satu sendok bubur daun kumis kucing ditambah tujuh batang meniran (+ akar) direbus dalam dua-gelas air menjadi satu gelas. Sehari 3 kali sepertiga gelas. (Saran: 3x 1 kapsul per hari, minum banyak air).
6. Disentri. Herba segar 30 - 60 gram direbus. (Saran: 3x 2 kapsul per hari).
Bahan Utama: 17 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun dan bunga).
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
7. Hepatitis. Herba segar 30 - 60 gram direbus. Minum sehari sekali. (Saran: 3x 2 kapsul per-hari, minum banyak air).
8. Rabun senja. Herba segar 15 - 20 gram tambah hati ayam, nasi tim.
9. Bisul di kelopak mata. Air rebusan meniran untuk cuci mata.
10. Digigit anjing gila. Herba 4-6 gr, direbus, minum. Tempeli luka dengan tanaman digiling dicampur nasi.
11. Sakit ayan. Daun meniran 3/4 genggam, direbus dengan air bersih 5 gelas, sampai-mendidih hingga tinggal setengahnya. Minum kali ¾ gelas per hari.-(Saran: 3x 1 kapsul per hari, minum banyak air).
Bahan utama: 17 - 21 batang tanaman meniran (akar, batang, daun dan bunga)
Cara membuat: bahan dicuci bersih, kemudian direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal ± 2,5 gelas.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 1 kali sehari sehari 3/4 gelas selama 3 hari berturut-turut.
12. Kencing manis. (Saran: 3x1 kapsul per hari).
13. Sakit kuning
a. Bahan utama: 16 Tanaman Meniran (akar, batang, daun)
Bahan tambahan: 2 gelas Air Susu
Cara membuat: Tanaman meniran dicuci lalu ditumbuk halus dan direbus dengan 2
gelas air susu sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.
Cara menggunakan: Disaring dan diminum sekaligus; dilakukan setiap hari.

b. Bahan utama: 7 batang tanaman meniran (akar, batang dan bunga)
Bahan tambahan: 7 buah Bunga cengkeh kering, 5 cm rimpang umbi temulawak, 1
potong kayu manis
Cara Membuat: Seluruh bahan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga
tinggal 1 gelas.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari.
14. Malaria.
Bahan utama: 7 Batang tanaman Meniran lengkap
Bahan tambahan: 5 Biji bunga cengkeh kering, 1 potong kayu manis.
Cara membuat: Seluruh bahan dicuci bersih, kemudian ditumbuk halus dan direbus
dengan 2 gelas air sampai mendidih.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari.
15. Demam.
Bahan utama: 3-7 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun dan bunga)
Cara membuat: bahan dicuci bersih, kemudian diseduh dengan 1 gelas air panas .
Cara menggunakan: disaring, kemudian diminum sekaligus.
16. Batuk.
Bahan utama: 3 - 7 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun, bunga)
Bahan tambahan: Madu secukupnya.
Cara membuat: Bahan dicuci bersih, kemudian ditumbuk halus dan direbus dengan 3
sendok makan air masak, hasilnya dicampur dengan 1 sendok makan madu sampai
merata.
Cara menggunakan: diminum sekaligus dan dilakukan 2 kali sehari
17. Haid berlebihan.
Bahan utama: 3 - 7 potong akar Meniran kering
Bahan tambahan : 1 gelas air tajin
Cara membuat: bahan ditumbuk halus dan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih,
Kemudian ditambah dengan 1 gelas air tajin dan diaduk sampai rata.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
18. Luka Bakar Kena Api atau Air Panas.
Bahan utama: 3 - 7 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun dan bunga)
Bahan tambahan: 1 Rimpang umbi temulawak (4 cm), 3 buah bunga cengkeh kering,
1 potong kayu Manis.
Cara membuat: Bahan utama ditumbuk halus, dan temulawak diiris-iris . Kemudian
dicampur dengan bahan -bahan yang lain dan direbus dengan 3 gelas air sampai
mendidih.
19. Luka koreng.
Bahan utama: 9 - 15 batang meniran lengkap (akar, batang, daun dan bunga)
Cara membuat: Bahan utama dicuci Bersih dan ditumbuk halus. Kemudian direbus
dengan 1 cerek air.
Cara menggunakan: dalam keadaan hangat-hangat dipakai untuk mandi.
20. Jerawat.
Bahan utama: 7 Batang tanaman meniran
Bahan tambahan: 1 Rimpang umbi kunyit (4 cm)
Cara membuat: Seluruh bahan dicuci sampai bersih dan ditumbuk sampai halus,
Kemudian direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas.
Cara menggunakan: disaring dan diminum sekaligus, ulangi secara teratur setiap hari.

Efek samping dan keamanan.
Belum ada data efek samping terapi herbal ini yang pernah dilaporkan.



B.5. Sawi Tanah
(Nasturtium montanum Wall.).

Kegunaan:
1. Rematik/asam-urat.
2. Radang saluran nafas (bronkhitis).
3. Batuk.
4. TBC.
5. Panas.
6. Campak.
7. Sakit tenggorokan.
8. Hepatitis.
9. Bisul.
10. Memar.
11. Luka berdarah.
12. Gigitan ular.
13. Kencing berkurang.

Penyakit yang dapat diobati:
Radang saluran nafas, Batuk, TBC, Panas, Campak, Reumatik; Sakit tenggorokan, Hepatitis, Bisul, Memar, Luka berdarah; Gigitan ular, Kencing berkurang.

BAGIAN YANG DIPAKAI: Seluruh tanaman, segar atau kering.
PEMAKAIAN:
15 - 30 gr. bahan kering atau 30 - 60 gr., bahan segar, direbus, minum.
PEMAKAIAN LUAR:
Luka, bisul, tanaman segar dilumatkan, sebagai tapal.

CARA PEMAKAIAN:
1. Rematik sendi: 30 gr. sawi tanah segar direbus, minum.
2. Radang saluran nafas (chronic bronchitis): Dengan pengolahan, ambil zat berkhasiat yaitu rorifone, 200 - 300 mg/hari, dibagi dalam 4 dosis, selama 10 hari. Pada pemberian lebih dari 300 pasien. efek expectorant (pengencer dahak): baik, dahak berkurang banyak.
3. Influenza: 30 - 60 gr. sawi tanah segar dan 10 - 15 gr. bawang putih, seluruhnya digodok, minum.
4. Campak: Sawi tanah segar, ditumbuk Ialu peras ambil airnya, ditambah sedikit garam, minum. Kemudian diminumkan air putih. Umur 1 - 2 tahun, sekali minum 30 gr. Lebih dari 2 tahun: 60 gr.
5. Sakit lambung, melancarkan pencernaan: 30 gr. sawi tanah kering direbus, minum.
6. TBC: 30 gr. sawi tanah direbus, kemudian ditambah gula enau, minum setiap hari.
7. Sakit kuning: 1/4 genggam akar sawi tanah, 1/3 genggam daun sawi tanah dan 3 gelas air, semuanya rebus menjadi 1 1/2 gelas. Sesudah dingin disaring, + madu, sehari 2 x 3/4 gelas.
8. Kencing darah: 5 pohon sawi tanah (berikut akar) dan 3 gelas air, direbus menjadi 1% gelas sehari 3 x 1/2 gelas.
9. Sakit kandung kencing akibat kedinginan: 7 herba sawi tanah + akamya dan 3 gelas air direbus menjadi 1 gelas, minum.
10. Mencret (diare): 1 batang sawi tanah seutuhnya ditambah 3 gelas air, direbus menjadi 1 1/2 gelas, setelah dingin, disaring, ditambah madu. Sehari 2 x 3/4 gelas.

EFEK ANTI BAKTERI:
Eksperimen pada plat microbiology, rorifone dengan konsentrasi 5 mglml. menghambat pertumbuhan Diplococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Hemophilus influenzae Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia colli.

Efek samping dan keamanan.
Pada beberapa individu, kadang-kadang timbul rasa mulut kering, dan sedikit rasa tidak enak di lambung. Rasa tidak enak di lambung dapat dinetrahsir dengan menambahkan gula batu pada air rebusan atau minum larutan gula batu.



B.6. Habbatus-sauda`
(Nigella sativa).

Kegunaan: Pengobatan, bumbu masak, dan penyedap rasa.

Penyakit yang dapat diobati:
Semua macam penyakit, kecuali kematian.

Sediaan:
Kapsul bersalut berisi minyak syuniz yang sudah difresto dan/ minyak cair dalam botol :

Cara pembuatan:
Proses pengolahan produk (product processing and quality control) biji-biji Habatus sauda` dilakukan pada 2 jenis proses, yang terdiri dari 7 tahap proses pengolahan bahan (manufacturing process) dan 6 tahap proses pengontrolan mutu (quality control process). Tujuh tahap proses pengolahan bahan (manufacturing process) dari proses produksi tersebut meliputi:
(a) Penurunan tingkat kelembaban biji-biji Habatus sauda` secara optimal melalui suatu proses pengeringan.
(b) Penekanan biji-biji Habatus sauda` secara mekanik (melalui suatu mekanisme pengeluaran paksa) untuk melepaskan butiran-butiran tanah yang masih melekat.
(c) Pengumpulan minyak-minyak yang dihasilkan dari biji-biji Habatus sauda` pada tanki-tanki (setelah melalui proses filtrasi/penyaringan awal).
(d) Penyaluran minyak-minyak tersebut ke drum-drum besi dan dibiarkan sementara berada di tempat ini.
(e) Penyaluran minyak-minyak yang ada di drum-drum besi tersebut ke beberapa drum lainnya yang sudah tersedia, lalu minyak-minyak tersebut difiltrasi secara mekanik (melalui suatu tekanan filtrasi).
(f) Pengumpulan minyak-minyak yang sudah tersaring tersebut pada drum-drum besi yang telah tersedia, lalu disimpan dalam kondisi udara yang rapat.
(g) Pemasukan minyak-minyak tersebut ke dalam sebuah kapsul (pengkapsulan) yang bersifat gelatin (kenyal). Kapsul yang sudah terisi tersebut dicuci, agak dikeringkan, dan dievaluasi hasil dan mutunya, kemudian dikirim untuk dilakukan pengemasan obatnya (drug packing).

Sedangkan 6 tahap proses pengontrolan mutu (quality control process) dari proses produksi tersebut meliputi:
1. Penyesuaian mesin secara periodik selama masa manufacturing process untuk menghasilkan produk minyak yang optimal dengan mutu yang terbaik.
2. Pemonitoran warna dan aroma minyak-minyak (yang telah dihasilkan) secara periodik (melalui pengamatan yang ketat selama berjalannya proses).
3. Pengumpulan sampel-sampel periodik selama manufacturing process dan pengujian parameter-parameter fisiknya.
4. Minyak-minyak yang telah melalui proses filtrasi (penyaringan), diuji pada semua parameter (hasil dari parameter-parameter tersebut akan dijadikan sebagai dasar penerimaan dan penilaian dari mutu hasil produknya).
5. Drum-drum besi yang telah tersedia, ditandai dengan: Batch No. dan Production Date.
6. Kapsul-kapsul yang telah terisi, diperiksa ulang untuk mengevaluasi adanya kerusakan-kerusakan, dan kelainan-kelainan bentuk dan ukuran kapsulnya.

Parameter fisik dan kimia dari produk minyak Habbatus sauda` berada di bawah perubahan-perubahan standar kondisi penyimpanan tingkat atasnya dalam kisaran yang dapat diterima, tidak terdapat variasi yang bermakna, sehingga produknya menunjukkan spesifikasi internal yang baik, yang secara statistik terbukti bahwa kestabilan minyak Habbatus sauda`nya tidak akan berubah selama 41 bulan.

Pedoman studi ilmiah:
Banyak studi yang telah dilakukan untuk meneliti dan mengevaluasi efektivitas ekstrak Nigella sativa sebagai anti inflamasi/peradangan dan anti nyeri (analgesia), dan hasilnya membuktikan bahwa nigellone (suatu polimer karbonil dari thymoquinone, dithymoquinone, dan thymohidroquinone [zat-zat aktif yang terkandung dalam ekstrak Nigella sativa]), dapat berfungsi sebagai fasilitas anti-inflamasi dan zat yang dapat diharapkan untuk pencegahan dan pengontrolan pada penyakit-penyakit asma bronkial dan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi alergi. Di negara Arab Saudi dan negara-negara tetangganya, ekstrak minyak Nigella sativa telah digunakan sebagai obat anti asma bronkial. Indikasi ini juga bersamaan dengan penggunaannya sebagai pengobatan topikal (pengobatan melalui jaringan kulit) untuk mengatasi keluhan nyeri dan kekakuan pada sendi-sendi tulang tubuh.
Salah satu studi yang dilakukan pada hewan uji tikus oleh Houghton, et al., melaporkan bahwa ekstrak minyak Nigella sativa (dengan zat aktifnya [thymoquinone]) dapat menghambat aktivitas jalur cyclooxygenase (COX) dan 5-lipooxygenase (5-LOX) dari metabolisme arakhidonat sel-sel lekosit peritonealnya, yang ditunjukkan melalui mekanisme penghambatan dosis dependen formasi tromboksan B2 (Tx-B2) dan leukotriens B4 (LTs-B4). Studi ini kemudian dilanjutkan oleh Mutabagani dan El-Mahdi, dan Al-Ghamdi, yang memperkuat hasil studinya bahwa ekstrak minyak Nigella sativa memang dapat menghambat aktivitas jalur COX dan 5-LOX dari metabolisme arakhidonat-nya tersebut, dan hasilnya relatif sebanding dengan efek dari penggunaan indometacine dan aspirine (keduanya termasuk obat anti inflamasi non steroid [OAINS]).
Menurut Houghton, et al., dalam salah satu studinya menyatakan bahwa mekanisme anti inflamasi dari ekstrak minyak Nigella sativa berhubungan dengan penghambatan pada sintesis (pembentukan zat) eicosanoid, sedangkan mekanisme anti nyeri (analgesia) dari ekstrak minyak Nigella sativa berhubungan dengan aktivasi reseptor opiat di sistem saraf pusat (otak), yaitu reseptor-reseptor supraspinal mu 1 [1] (yang dapat menimbulkan efek-efek analgesia [penghilang rasa nyeri], euforia [rasa senang hati/gembira], dan hipotermia [penurunan suhu]) dan kappa-opioid (yang dapat menimbulkan efek-efek spinal analgesia, depresi [menurunkan frekuensi] napas, miosis [mengecilkan bola mata/pupil], dan hipotermia), yang mana aktivasi ini dapat diperoleh dari efek antinosiseptif ekstrak minyak Nigella sativa, dan juga dari efek-efek antagonis pada obat-obatan naloxone, naloxonazine dan nor-binaltorphimine.






Cara penggunaannya:
Diminum sesudah makan, dengan dosis pemberian:
Bentuk kapsul (@500-600 mg per kapsul);
80 mg./kg berat badan, sekitar minimal 3-4x 2 kapsul (untuk berat badan lebih dari 50 kg) atau 3-4x 1 kapsul (untuk berat badan kurang dari 50 kg).
Bentuk kapsul (@500-600 mg per kapsul);
Sekitar minimal 3-4x 1 sendok makan (untuk berat badan lebih dari 50 kg) atau 3-4x 1/2 sendok makan (untuk berat badan kurang dari 50 kg).

Peringatan:!!: Jangan diberikan pada anak-anak di bawah umur 3-4 tahun, karena sampai saat ini belum ditemukan data ilmiah medis mengenai penggunaan habbatus sauda` pada anak-anak usia tersebut.

Efek samping dan keamanan.
Belum ada data efek samping terapi herbal ini yang pernah dilaporkan.
Data pedoman ilmiah medis.
Toksisitas akut.
Salah satu studi pra-klinis (pada tikus dengan berat 150-200 gram) mutakhir (pada tahun 1996) yang dilakukan oleh Tissera, MHA., et al., menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Nigella sativa dengan dosis pemberian 1,07 ml/kg, dosis tunggal, secara per oral, tidak menimbulkan tanda-tanda atau gejala-gejala yang menunjukkan terjadinya keracunan tubuh secara akut (pada 2, 6, dan 24 jam pertama setelah pemberian Nigella sativa), baik adanya tanda-tanda/gejala-gejala berupa perubahan-perubahan perilaku dan/ aktivitas fisiologis tubuh lainnya, maupun perubahan-perubahan nilai variabel-variabel pemeriksaan laboratorium darahnya.

Toksisitas sub-akut.
Lanjutan studi di atas, menggunakan desain penelitian yang sama, dengan hewan uji tikus yang memiliki berat 120-150 gram, yang masa studinya dilakukan selama 6-8 minggu. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada laporan kematian yang terjadi dan tanda-tanda atau gejala-gejala yang menunjukkan terjadinya keracunan tubuh, baik adanya tanda-tanda/gejala-gejala berupa perubahan-perubahan perilaku dan/ aktivitas fisiologis tubuh lainnya, maupun perubahan-perubahan nilai variabel-variabel pemeriksaan laboratorium darahnya, setelah pemberian Nigella sativa selama masa studi berlangsung.

Observasi terhadap hasil pemeriksaan laboratorium darah.
Tidak ditemukan terjadinya perubahan-perubahan nilai dari variabel-variabel pemeriksaan laboratorium darah (seperti: SGOT [serum glutamate oxaloacetate transaminase – zat yang dihasilkan hati dan jantung], SGPT [serum glutamate pyruvate transaminase – zat yang dihasilkan jantung dan hati], RBC [red blood cells-eritrosit], WBC [white blood cells-lekosit], dan serum kholesterol) secara bermakna (baik terhadap nilai-nilai baseline pada variabel-variabelnya maupun terhadap nilai pembandingnya), dan dapat menimbulkan suatu adverse event yang beresiko dan membutuhkan penanganan segera, setelah pemberian Nigella sativa selama masa studi berlangsung.

Tidak ditemukan dari seluruh studi yang telah dilakukan, adanya angka kematian dan kejadian serious adverse events (efek samping obat yang serius terhadap tubuh) bagi para pengguna Habbatus sauda` selama menjalani pengobatan penyakit tubuhnya. Tidak ditemukan juga dari seluruh studi tersebut, adanya laporan kejadian-kejadian adiksi (ketergantungan pemakaian zat/obat), interaksi antar penggunaan obat (baik obat-obatan herbal maupun kimiawi sintetik/konvensional lainnya), timbulnya kelainan cacat bawaan (komplikasi teratogenik), dan timbulnya keganasan (komplikasi karsinogenik) pada tubuh, bagi para pengguna Habatus sauda` selama menjalani pengobatan penyakit tubuhnya.

Hasil terakhir dari studi pra-klinis ini menunjukkan bahwa ekstrak Nigella sativa tidak menimbulkan efek toksik (baik secara akut maupun sub-akut) pada tubuh, dan memiliki LD50 (lethal doses - dosis yang dapat menimbulkan kematian) sebesar 22,4 ml/kg. (atau + 22400 mg/kg. [jika dianggap 1 ml sebanding 1000 mg]). Studi pra-klinis ini juga menunjukkan bahwa ekstrak Nigella sativa akan aman digunakan untuk pengobatan pada manusia.



B.7. Minyak Zaitun
(Olea europaea).

Kegunaan:
1. Obat-obatan.
2. Kosmetik dan/ perawatan kulit.
3. Masakan.
4. Penyehat rambut/kepala dan kaki.

Penyakit yang dapat diobati:
Penyakit rematik, asam urat, kolesterol, kencing manis (DM), hipertensi, kanker kolon dan payudara, penyakit jantung, dan anti oksidan.

Ramuan:
Minum:

Cara pembuatan:
Sudah terekstraksi dalam bentuk minyak dalam kemasan dalam botol.

Cara pemakaian:
1. Rematik, asam urat dan anti oksidan:
Cair = 3 x 1-1,5 sendok teh.
Kapsul @ 500 mg = 2-3 x 500 mg per hari
2. Kolesterol, kencing manis (DM), hipertensi, jantung koroner dan/ gagal jantung.
Cair = 4 x 1,5-2 sendok teh.
Kapsul @ 500 mg = 3-4 x 500 mg per hari
3. Kanker usus dan payudara :
Cair = 4-5 x 1,5-2 sendok teh.
Kapsul @ 500 mg = 4-5 x 500 mg per hari.

Efek samping dan keamanan.
Belum ada data efek samping terapi herbal ini yang pernah dilaporkan.


B.8. Daun Dewa
(Gynura segetum (Lour) Merr).

Kegunaan:
1. Luka terpukul.
2. Melancarkan sirkulasi.
3. Menghentikan pendarahan (batuk darah, muntah darah, mimisan).
4. Pembengkakan payudara.
5. Infeksi kerongkongan.
6. Tidak datang haid.
7. Digigit binatang berbisa.
8. Mengobati-jerawat/bisul.

Umbi, berguna untuk:
Menghilangkan bekuan darah (haematom), pembengkakan, tulang patah (fraktur),pendarahan.

Penyakit yang dapat diobati:
Berdasarkan berbagai literatur yang mencatat pengalaman secara turun-temurun dari
berbagai negara dan daerah,
tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sbb :

1. Luka terpukul, tidak datang haid. Tanaman segar 15 - 30 gram direbus atau ditumbuk, diambil airnya, campur dengan arak yang dipanaskan, minum.
2. Pendarahan pada wanita, pembengkakan payudara, batuk dan muntah darah. Tanaman lengkap 1 batang, direbus, minum.
3. Kejang pada anak. Satu batang diambil airnya, campur arak, minum.
4. Luka terpukul, masuk angin. Umbi segar, 6 - 9 gram ditambah arak kuning, kemudian dipanaskan.
5. Digigit ular, digigit binatang lain. Umbi dilumatkan kemudian ditempelkan ke tempat kelainan.
6. Kutil, uci-uci.Daun dewa 5 lembar dihaluskan dan dilumurkan pada tempat berkutil, kemudian dibalut. Dilepas keesokan harinya.
7. Tumor. Daun dewa 3 - 4 lembar dilalap.
8. Menghilangkan bekuandarah di pembuluh darah sehingga mencegah dan mengobati strokedan serangan jantung. Umbi daun dewa segar sekitar 10 gram ditumbuk halus, tambahkan air setengah gelas, saring, peras, minum, setiap sore, Atau daun lembar untuk lalap (tiga kali sehari).
9. Batu kandung kemih. 15 gr.

Efek samping dan keamanan.
Belum ada data efek samping terapi herbal ini yang pernah dilaporkan.





















BAB IV. KESIMPULAN


1. Beberapa fakta menunjukkan bahwa penggunaan terapi herbal sebagai CAM semakin banyak digunakan oleh masyarakat dengan berbagai macam alasan, di antaranya adalah bahwa herbal medicines adalah pengobatan dengan menggunakan ramuan berasal dari tumbuh-tumbuhan atau tanaman obat, yang berdasarkan pada upaya untuk mengembalikan dan memperkuat proses penyembuhan secara alami, tidak ada efek samping jika digunakan pada dosis normal, efektif, bahkan untuk penyakit yang sulit diobati secara medis, harganya murah dan dapat ditanam sendiri, dan aplikasinya lebih sederhana.
2. Pengobatan penyakit asam urat hendaknya dilandaskan pada kajian kondisi rematik (arthritis gout) yang terjadi dan identifikasi dari penyebabnya. Bila hal ini dapat dilakukan maka pengobatan penyakit asam uratnya dapat dilakukan dengan tepat guna.
3. Sangatlah penting untuk selalu menyelidiki, memantau, dan mengevaluasi kembali, apakah bahan-bahan herbal dapat bermanfaat dan berperan sangat baik terhadap proses penyembuhan suatu penyakit pada tubuh, terutama penyakit asam urat.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dievaluasi selalu mengenai penggunaan obat-obatan dari jenis herbal adalah obat-obatan herbal tidak bebas dari efek-efek samping pada tubuh, kemungkinan bisa tercemar zat-zat sintetik yang berbahaya dan mengandung bahan-bahan tanaman yang beracun (toksik), dapat berinteraksi dengan obat-obatan modern, dan hati-hati dalam menggunakannya pada pasien yang sedang hamil, menyusui, dan anak-anak.
5. Suatu hal yang harus diperhatikan adalah sebagian besar ahli medis di Indonesia, yang telah terdidik dengan ilmu kedokteran barat, tidak boleh bersikap konfrontasi terhadap maraknya publikasi dari penggunaan obat-obat CAM tersebut, akan tetapi sebaiknya ikut mempelajari mengenai obat-obat CAM tersebut, baik dari ilmunya, penggunaannya, indikasinya, dan kemungkinan toksisitasnya, yang mungkin dapat terjadi pada tubuh manusia yang telah mengkonsumsinya.
6. Pada akhirnya tidak ada 2 jenis pengobatan yang sering dikenal sebagai pengobatan konvensional dan/ alternatif, akan tetapi hanya ada 1 jenis pengobatan yaitu apabila jenis pengobatannya tersebut sudah diakui bermanfaat atau tidak (untuk kemanusiaan). Begitu suatu pengobatan sudah diuji secara luas dan bermanfaat bagi kemanusiaan, maka tidak perlu lagi meragukannya dan menjauhkannya disebabkan oleh ketidakpercayaan terhadap salah satu jenis obat tersebut.























































DAFTAR PUSTAKA


1. Abdul-Fattah, A., “Asy-Syifa` min Wahyi Khatamil-Anbiya` “ (Ed. Terjemahan: Pengobatan dan Penyembuhan menurut Wahyu Nabi), Pustaka As-Sabil, Cet.I., Jakarta, Oktober 2004 M. / Sya’ban 1425 H.; 226-30.
2. Akbar, N., Pandangan Seimbang Penggunaan CAM pada Penyakit Hati, Current Diagnosis and Treatment In Internal Medicine 2004, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Cet.I., Jakarta, Desember 2004 M.; 226-7.
3. Al-Jauziyah, IQ., Pengobatan Ala Nabi, “Zaadul Ma’ad” (Ed. Terjemahan: Bekal Menuju Akhirat), Pustaka Azzam, Cet.IV., Jakarta, Oktober 2002; 269-372.
4. Al-Jauziyah, IQ., “Ath-Thibbun Nabawi .” (Ed. Terjemahan: Metode Pengobatan Nabi .), Griya Ilmu, Cet.I., Bogor, Maret 2004 M. / Muharram 1425 H; 1-29.
5. Albar, Z., Diagnosis dan Penatalaksanaan Arthriis Gout, Naskah Lengkap Penyakit Dalam PIT 2002, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Cet.I., Jakarta, Agustus 2002 M.; 44-54.
6. Ammon, HPT., Ayurveda Arzneimittel Aus Indischer Kultur (Ayurveda Remedies Originating from Indian Culture), Z. Phytother Journal. 22, Nr. 3, 136-142,-2001.
7. Anonima, “Black Seed”, Divine-Herbs Journal, www.divine-herbs.com, 2005.
8. Anonima, Habbatussauda, Obat Segala Penyakit, Jurnal Eramuslim, 2005.
9. Anonima, Konsep-Konsep Pengobatan Herbalis Klinik Herbalis Karyasari – Buku 3, Lembaga Pendidikan Pengobatan Herbal dan Alternatif Karyasari, Jakarta, 2000.
10. Anonima, Tanaman Obat: Materi Pelathan Profesional Tanaman Obat – Buku 2, Lembaga Pendidikan Pengobatan Herbal dan Alternatif Karyasari, Jakarta, 2002.
11. Anonima, Rencana Pengembangan Obat Herbal Dalam Bentuk Ekstrak dan Teh, Lembaga Pendidikan Pengobatan Herbal dan Alternatif Karyasari, Jakarta, 2002.
12. Assmann, G., Health Benefits of Olive Oil Scientific Evidence for Olive Oil, The Cardiovascular Risk Factors and Coronary Heart Didease, The Journal Archives of Internal Medicine reports, March 27, 2000.
13. Baratawidjaja, KG., “BRM (Biological Response Modiffier) pada Aktivasi Fagosit”. Jakarta Allergy and Clinical Immunology Meeting., Jakarta, 2001: 1-4.
14. Broadhurst, L., et al., “Natural Asthma Relief”. J. Nat. Prod. Res. Innov.. April 1999.
15. Cassileth, BR., Deng,G., Complementary and Alternative Therapies for Cancer, The-Oncologist Journal 2004;9: 80-89, www.theoncologist.com, 2004.
16. Cullen, JM, Briese, DT, Kriticos, DJ., Lonsdale, DM., Morin, L., Scott, JK., Proceedings of the-XI International Symposium on Biological Control of Weeds, CSIRO Entomology, Canberra, Australia, 27 April–2 May 2003.
17. Dzulkarnain, Widowati, L., Dukungan Ilmiah Penggunaan Ramuan Untuk Obesitas, Maj. Cermin Dunia Kedokteran No. 111, 1996;49-54.
18. Dzulkarnain, Sundari, D., Chozin, A., Tanaman Obat Bersifat Antibakteri di Indonesia, Maj. Cermin Dunia Kedokteran No. 110, 1996;35-48.
19. Effendy, S., Reksodiputro, AH., “Ekstrak BRM pada Viabilitas Sel dari Kultur Sel Limfoid dan Mieloid Penderita Leukemia Myeloblastik Akut”, Naskah Mini Simposium: Paradigma Baru Terapi Kanker, Sub.Bag.Hem.-Onko.Ilmu Penyakit Dalam FKUI., Jakarta, Mei 2002: 1-7.
20. El-Shabrawy, OA., Nada, SA., “Biological Evaluation of Multi Component Tea, Used as Hypoglycemic, in Rats”. Fitoterapial, 1996: 67 (2); 99-102.
21. Gan, S., Kewaspadaan Dalam Menggunakan Obat Herbal, Naskah Seminar Obat Tradisional, Suplemen dan Health “Food”, Bagian Farmakologi dan Terapeutik FKUI, Jakarta, Januari 2005 M.
22. Gani, RA., Complimentary and Alternative Medicine (CAM) pada Penyakit Hati Kronik, Current Diagnosis and Treatment In Internal Medicine 2004, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Cet.I., Jakarta, Desember 2004 M.; 228-9.
23. Handayani, L., Budiyanto, D., Efek Ramuan Buah Mengkudu dan Daun Kumis Kucing-untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi, Maj. Cermin Dunia Kedokteran No. 116, 1997; 29-32.
24. Hendrik, Habbatus-Sauda`; Thibbun Nabawi  Untuk Mengobati Berbagai Penyakit dan Memelihara Kesehatan Tubuh, Pustaka Al Ummat, Cet.II, Surakarta, 2007.
25. Hendrik, Habbatus-Sauda`; Thibbun Nabawi  Untuk Mengobati Berbagai Penyakit Tubuh, Pustaka Iltizam, Cet.I, Surakarta, 2009.
26. Hendrik, Mukjizat Zakat; Cara Menyingkap Rahasia Kesehatan Tubuh Melalui Zakat: Tinjauan Syar'iat, Ekonomi, dan Medis, Pustaka Iltizam, Cet.I, Surakarta, 2008.
27. Hendrik, Radikal Bebas: Sang Pembunuh Laten Manusia, Tinjauan Pustaka Dokter Muda - UMY, RSD. Panembahan Senopati, Bantul – DI. Yogyakarta, 2001.
28. Hendrik, Sehat Dengan Shalat, Tiga Serangkai, Cet.I, Surakarta, 2008.
29. Jones, CLA., “Herbal Aids for Cancer, 7 Natural Additions to Treatment Regimens”. Amazing Herb.- www.amazingherbs.com, USA, 2004; 1-4.
30. Joy, PP., Thomas, J., Mathew, S., Skaria, BP., Medicinal Plants, Kerala Agricultural University Aromatic and Medicinal Plants Research Station, India, 1998.
31. Kasjmir, YI., Aspek Genetik dan Patofisiologi Hiperurisemia, Naskah Lengkap Penyakit Dalam PIT 2002, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Cet.I., Jakarta, Agustus 2002 M.; 35-43.
32. Kasjmir, YI., Penatalaksanaan Nyeri Reumatik Akut, Naskah Lengkap Penyakit Dalam PIT 2008, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Cet.I., Jakarta, Agustus 2008 M.; 79-84.
33. Kasule, OH., “The Islamic Holy Prophet Muhammad – Medicine, Prophetic Medicine: Between the Nass and Empirical Experience”, Islamic Paths Journal, www.islamic-paths.org, 2004.
34. Kolanowski, J, et al, Collection of Data on Products Intended for Use in Very Low Calorie Diets, Reports on Tasks for Scientific Cooperation, Directorate General Health and Consumer Protection, Nutrition and Toxicology Research Institute Maastricht – Nutrim Maastricht University, PO Box 616-6200 MD Maastricht, The Netherlands, September 2002.
35. Lans, CA., Ethnomedicines used in Trinidad and Tobago for Urinary Problems-and Diabetes Mellitus, Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine 2006, doi:10.1186/1746-4269-2-45, http://www.ethnobiomed.com/content/2/1/45.
36. Lesmana, LA., Complimentary and Alternative Medicine (CAM) pada Penyakit Hati Kronik (Cons), Current Diagnosis and Treatment In Internal Medicine 2004, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Cet.I., Jakarta, Desember 2004 M.; 230-1.
37. Lydia, A., Diagnosis dan Penatalaksanaan Nefropati Gout, Naskah Lengkap Penyakit Dalam PIT 2002, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Cet.I., Jakarta, Agustus 2002 M.; 55-62.
38. Mansyur, M., Konsep Sehat, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Media Aesculapius FKUI, Cet.1, Ed.III, Jakarta, Maret 1999 M.; 3-8.
39. Mishra, LC., Scientific Basis for Ayurvedic Therapies, CRC Press LLC, 2000 N.W. Corporate Blvd., Boca Raton, Florida USA, 2004.
40. Montbriand, MJ., “Herbs or Natural Products that Protect Against Cancer Growth Part Three of A Four Part Series”. Online Exclusive, Vol.31, No.6., November 2004.
41. Namba, H., “Maitake D-Fraction: Healing and Preventive Potential for Cancer”. J. Orthomolecular Med., 1997: 12 (1); 43-9.
42. Nashr, MMA., “Manhajus Salaamah fiimaa Warada fil Hijaamah” (Ed. Terjemahan: Bekam Cara Pengobatan Menurut Sunnah Nabi SAW.), Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Cet.I., Jakarta, Maret 2005 M./Muharram 1426 H.; 7-53.
43. Noer, MS., Herbal Medicine di Bidang Kedokteran, Naskah Lengkap Penyakit Dalam PIT 2002, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Cet.I., Jakarta, Agustus 2002 M.; 63-7.
44. O’Brien, P, Zhang, J., Vujovic, S., Top, M., Jane Parker, The Health Benefits of Traditional Chinese Plant Medicines: Weighing the Scienfitic Evidence, Rural Industries Research and Development Corporation, Department of Primary Industries, Victoria, 621 Burwood Highway, Knoxfield-Australian, ISBN 1 74151 391 X ISSN 1440 6845, 2007.
45. Purwantyastuti, Obat Tradisional, Suplemen dan Health Food: Apa dan Bagaimana Peraturannya?, Naskah Seminar Obat Tradisional, Suplemen dan Health Food, Bagian Farmakologi dan Terapeutik FKUI, Jakarta, Januari 2005 M.
46. Purwati, A., Daun Dewa Untuk Mengobati Jerawat; pdf jurnal, http://Berita Kampoeng Organik, 28 Oktober 2004.
47. Sajuthi, D., Sulistiawati, E., Darusman, LK., Murni, A., Heryanto, R., “Efek BRM Terhadap Pertumbuhan Tumor Mammary pada Mencit C3H”, Naskah Mini Simposium: Paradigma Baru Terapi Kanker Sub.Bag.Hem.-Onko.Ilmu Penyakit Dalam FKUI., Jakarta, Mei 2002: 1-11.
48. Samy, RP., Pushparaj, PN., Gopalakrishnakone, P., A Compilation of Bioactive Compounds from Ayurveda, Biomedical Informatics Publishing Group, ΙSSN 0973-2063 (online) Bioinformation 3(3): 100-110;-2008, www.bioinformation.net,-2008.
49. Sayyid, ABM., “At-Tagziyah An-Nabawiyah fi Tsamaniyah Asabi’ “ (Ed. Terjemahan: Rahasia Kesehatan Nabi), Tiga Serangkai, Cet.I., Solo, 2004 M.
50. Sociedad Argentina De Medicina, Olive Oil Improves Post Prandial Ischemic Reactive Hyperemia, J Am Coll Cardiol 2005.
51. Stout, GW., Taylor, DJ., Biological Science 1, Cambrige University Press, Melbourne, Australia, 1984.
52. Sundari, D, Winarno, MW., Informasi Tanaman Obat untuk Kontrasepsi Tradisional, Maj. Cermin Dunia Kedokteran No. 1330, 2001;28-30.
53. Tassaneeyaku, W., Fazeli, ER., Porasuphatana, S., Bohm, J., Contamination of Aflatoxins in Herbal Medicinal Products in Thailand, The Journal of Mycopathologia 158: 239–244, 2004., Kluwer Academic Publishers. Printed in the Netherlands,-2004.
54. Teguchi, T., Kaneko, Y., “Lentinan: An Overview of Experimental and Clinical Studies of Its Action Against Cancer”. Proceedings of The 7th Symposium of Host Defense Mechanisms Agains Cancer, Japan, November 1985: 8-10.
55. Tjandra, DY., Piroksikam: Obat Anti Inflamasi Non Steroid Baru, Maj. Cermin Dunia Kedokteran No. 38, 1985;32-4.
56. Ubaidah, A., Obat Kimia VS Obat Herbal; pdf jurnal, http://jahemerah.blogspot.com/2007/05/obat-kimia-vs-obat-herbal.html,-June,-16th,-2009.
57. Vaidya, ADB., Devasagayam, TPA., Current Status of Herbal Drugs in India: An Overview, J. Clin. Biochem. Nutr., 41, 1–11, July 2007.
58. Werneke, U., et al., “Complementary Alternative Medicine for Cancer: A Review of Effectiveness and Safety”. Cancer Therapy., Vol.2, Inggris, Desember 2004; 475-500.
59. Widowati, L., Dzulkarnain, B, Sa’roni, Tanaman Obat untuk Diabetes Mellitus, Maj. Cermin Dunia Kedokteran No. 116, 1997;53-60.
60. Wilmana, PF., Obat Anti Inflamasi Non Steroid: Pemilihan dan Keterbatasannya, Maj. Cermin Dunia Kedokteran No. 38, 1985;29-31.
61. Winarno, MW., Sundari, D., Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Diare di Indonesia, Maj. Cermin Dunia Kedokteran No. 109, 1996;25-32.
62. Winarno, MW., Sundari, D., Informasi Tanaman Obat untuk Kontrasepsi tradisional, Maj. Cermin Dunia Kedokteran No. 120, 1997;25-48.
63. Wilburn, AJ., King, DS., Glisson, J., Rockhold, RW., Wofford, MR., The Natural Treatment of Hypertension. J.Clin.Hypertens., USA, 2004: 6 (5); 242-8.
64. Yasin, A., “Al-Hijajamah Sunnatun Nabawiyyah wa Mu`jizatun Thibbiyyah” (Ed. Terjemahan: Bekam Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis), Cet. I., Solo, Mei 2005 M; 3-25.
65. Zulkhairi, A., et al, Biological Properties of Tinospora crispa (Akar Patawali) and Its Antiproliferative Activities on Selected Human Cancer Cellines, Mal J Nutr 14(2): 173 - 187, 2008.

1 komentar:

  1. Selain herbal yang disebutkan di artikel ini, ada jg daun insulin (daun yakon) juga bantu untuk turunkan kadar gula darah.

    Klik http://berkhasiat.web.id/1496-jual-daun-insulin-yakon/ untuk jelasnya...

    Atau langsung pesan ke Ryan 0813-80-262524 SMS/WhatsApp/Telegram/Line



    BalasHapus