Senin, 14 Desember 2009

Keutamaan Berwudhu dan Pemeliharaan Fitrah Tubuh, Tinjauan Segi Medis

b) Thoharoh (Bersuci badan).
Menurut kaidah bahasa (etimologis), thoharoh berarti membersihkan kotoran, baik kotoran yang berwujud maupun kotoran yang tidak berwujud. Menurut kaidah syar’i, thoharoh berarti menghilangkan hadats, najis, dan kotoran dengan air atau tanah yang bersih (suci). Jadi, thoharoh berarti menghilangkan kotoran-kotoran yang masih melekat di badan yang membuat tidak syah-nya sholat atau ibadah lainnya .
Macam-macam thoharoh secara umum terbagi menjadi 2, yaitu thoharoh batin dan thoharoh lahir. Thoharoh batin lebih penting daripada thoharoh lahir karena thoharoh batin merupakan juga cabang dari keimanan seseorang kepada Alloh  dan rosul-Nya . Bahkan, thoharoh lahir tidak bisa terwujud kalau masih ada kotoran batin (yaitu kotoran kesyirikan yang masih menempel pada tubuh seseorang), seperti dinyatakan dalam firman Alloh :
      … 
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, … “ (QS. At-Taubah [9]: 28).

dan sabda Rosululloh  (yang artinya):
“Sesungguhnya orang-orang beriman (kepada Alloh  dan rosul-Nya ) itu tidak najis” .

Karena itu, wajib bagi setiap muslim membersihkan dirinya dari kotoran kesyirikan, keragu-raguan (syubhat), dan hawa nafsu (syahwat) dalam beriman kepada Alloh  dan rosul-Nya , dengan cara senantiasa bersikap ikhlas, menegakkan ketauhidan (keimanan) dan keyakinan kepada-Nya, juga dengan membersihkan jiwanya dari kotoran-kotoran riya’, sum’ah, ujub (takabur/percaya diri berlebih-lebihan), sombong, maksiat, dengki, dendam, dan hasad kepada sesama muslim lainnya.
Sementara itu, thoharoh lahir juga merupakan salah satu cabang dari keimanan seseorang kepada Alloh  dan Rosul-Nya , seperti yang dinyatakan dalam sabda Rosululloh  (yang artinya):
“Thoharoh (bersuci) adalah cabang dari keimanan” .

Thoharoh lahir dilakukan dengan cara-cara yang telah ditentukan oleh Alloh  dan rosul-Nya , yaitu ber-wudhu’, mandi, atau ber-tayamum (bila tidak tersedia air), dan dengan membersihkan najis dari badan, pakaian, dan tempat sholat .
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ber-thoharoh (bersuci diri) dalam menjalankan sholat juga merupakan salah satu usaha awal yang dapat dilakukan dalam peningkatan kekhusyu’an dalam menjalankan sholat, dalam upaya untuk melakukan pengalihan penerimaan rangsangan inderawi agar dapat melakukan pengaturan nafas seefektif mungkin, yang dapat digunakan sebagai media untuk menenangkan kondisi jiwa dan pikirannya.
Beberapa hal dalam upaya untuk ber-thoharoh (bersuci diri) sebelum mendirikan sholat dan beberapa keutamaan serta pengaruhnya terhadap setiap manusia yang senantiasa mendirikannya secara benar, istiqomah, sabar, dan ikhlas, dapat dilihat pada beberapa poin di bawah ini:



























1) Thoharoh yang berhubungan dengan pemenuhan fitrah tubuh.
• Beberapa amalan (pemenuhan) fitrah sebagai bentuk thoharoh.
Fitrah di sini berarti beberapa amalan yang dilakukan oleh para Nabi, khususnya Nabi Muhammad , sebagai bentuk usaha dalam ber-thoharoh lahir pada tubuh. Beberapa amalan tersebut ada yang hukumnya wajib ataupun sunnah . Beberapa amalan yang termasuk fitrah tersebut adalah :
1) Ber-khitan (sunat) .
2) Mencukur bulu kemaluan.
3) Mencabut bulu ketiak.
4) Menggunting kuku dan membersihkan barajim (ruas-ruas jari).
5) Memangkas kumis .
6) Memanjangkan jenggot .
7) Ber-siwak (menggosok gigi) .
8) Ber-istinsyaq (menghirup air ke dalam lubang hidung) dan ber-istinsyar (mengeluarkan air kembali dari lubang hidung atau mulut).
9) Ber-istinja (membersihkan dubur setelah buang air besar).
10) Ber-intidhoh (memercikkan sedikit air ke kemaluan dan kain yang menutupinya untuk menghilangkan was-was).

• Beberapa keutamaan dan pengaruh dari amalan (pemenuhan) fitrah sebagai bentuk thoharoh sebelum mendirikan sholat.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di bagian awal makalah ini bahwa Alloh  senantiasa memilihkan yang terbaik untuk setiap manusia. Dia adalah Dzat Yang Maha suci (bersih) dan tidak akan pernah mencintai sesuatu atau tidak bersedia menerima amalan, perbuatan, dan sedekah dari makhluk-Nya kecuali kesemuanya bersifat suci (bersih) juga . Semua hal mengenai kesucian (kebersihan) dalam beribadah kepada-Nya telah ditetapkan oleh-Nya melalui penciptaan fitrah makhluk-Nya yang murni dan penetapan syar’iat-syar’iat yang dibawa oleh para rosul-Nya . Semua ini menunjukkan bahwa Islam merupakan syar’iat dari Alloh  yang suci, yang dapat mendorong makhluk-Nya agar senantiasa suci sehingga dapat memperoleh kesempurnaan nikmat dan hikmah yang telah ditetapkan-Nya dengan kesuciannya tersebut .
Bila ditinjau dari sisi medis, beberapa amalan (pemenuhan) fitrah sebagai bentuk thoharoh sebelum mendirikan sholat tersebut merupakan suatu bentuk usaha pencegahan terhadap terjangkitnya penyakit, kelainan tubuh, dan berbagai komplikasi (penyulit)-nya, khususnya terjangkitnya berbagai penyakit infeksi pada tubuh. Sebagaimana fakta yang telah ditunjukkan melalui berbagai studi medis mutakhir terpublikasi menunjukkan bahwa penyakit-penyakit (terutama infeksi) pada tubuh manusia akan senantiasa dipengaruhi oleh penurunan daya tahan tubuh, keadaan bentuk dan fungsi tubuh yang memungkinkan terjadinya infeksi pada tubuh, dan kondisi lingkungan yang buruk, yang kesemuanya adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri dan telah ditakdirkan Alloh  sebelumnya .
Fakta medis tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya secara alamiah keadaan bentuk dan fungsi tubuh kita dapat menyebabkan peningkatan resiko terjangkitnya beberapa penyakit infeksi, di antaranya adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur. Hal ini dapat ditunjukkan dengan faktor resiko dari adanya beberapa lipatan, ruas-ruas jari, kuku, rongga, pori-pori, dan tempat tumbuhnya rambut pada tubuh, di samping terjadinya proses perubahan hormonal dan pengeluaran keringat pada tubuh. Keadaan bentuk dan fungsi alamiah tubuh tersebut secara tidak disadari akan menjadikan tempat dan sarana yang baik bagi virus, bakteri, dan jamur untuk berjangkit, berkembang biak, dan menimbulkan penyakit atau kelainan pada tubuh manusia.
Berbagai penyakit tersebut pada umumnya terjadi disebabkan oleh kurangnya usaha dalam pemeliharaan hiegiene (kebersihan) tubuh secara maksimal dan berkesinambungan, terutama pada beberapa daerah lipatan, rongga, pori-pori, kuku, dan tempat tumbuhnya rambut pada tubuh, yaitu di antaranya adalah penyakit gigi, penyakit mulut, tangan, dan kaki, penyakit kulit, dan beberapa penyakit infeksi atau gangguan pada saluran pernapasan, pencernaan, dan kemih. Berbagai penyakit ini dapat bermanifestasi pada timbulnya berbagai keluhan tubuh (dari mulai derajat ringan sampai dengan terjadinya komplikasi atau kematian), di antaranya adalah sakit gigi, sariawan (perdarahan gusi, gigi, atau lidah), pilek, hidung tersumbat, perdarahan pada hidung, radang tenggorokan, batuk, kelainan pendengaran dan infeksi pada telinga, demam, influenza (flu), sesak nafas, radang paru-paru, sakit magh, diare, penyakit kecacingan, sulit buang air besar, penyakit tifus, gangguan haidh, infeksi dan batu pada saluran kemih, beberapa penyakit atau kelainan kulit (seperti eksim, jamur, jerawat, dan lain-lain), dan terjadinya beberapa komplikasi (penyulit) dari penyakit-penyakit tersebut, di antaranya dehidrasi, kekurangan darah, radang atau kegagalan fungsi pada jantung, hati, ginjal, dan otak, keganasan (tumor atau kanker) pada telinga, mulut, saluran pernapasan, pencernaan, rahim, dan kemih, serta kematian.
Berdasarkan dari beberapa studi medis mutakhir terpublikasi ternyata beberapa amalan (pemenuhan) fitrah sebagai bentuk thoharoh sebelum mendirikan sholat tersebut merupakan suatu bentuk usaha pencegahan terhadap terjangkitnya beberapa penyakit pada tubuh, di antaranya adalah:
1) Ber-khitan (sunat), pada umumnya untuk kaum lelaki dapat mencegah terjadinya penumpukkan smegma , yang diduga kuat bersifat karsinogenik dan infeksius , terutama pada daerah glans (kepala) penis, di antaranya adalah mencegah terjadinya penyakit tumor kondiloma akuminata, kanker basal cell squamosa , dan peradangan pada daerah glans penis (yang dapat menimbulkan kelainan dalam berkemih dan ber-senggama). Ber-khitan bagi kaum lelaki juga dapat mengatasi terjadinya kelainan pada penisnya, yakni mengatasi terjadinya fimosis dan parafimosis . Sementara pada kaum perempuan, ber-khitan akan menstabilkan gairah seksualnya dan meningkatkan gairah untuk ber-senggama bagi pasangannya .
2) Mencukur bulu kemaluan, mencegah terjadinya beberapa penyakit-penyakit parasit hewani (di antaranya adalah penyakit-penyakit Pedikulosis [Phthirus] Pubis dan Scabies [tungau/tumo/kutu]), penyakit jamur (di antaranya adalah penyakit Tinea Kruris), dan penyakit eksim (yakni penyakit Dermatitis Seboroik atau Pitiriasis Sika [ketombean/dandruff]) pada bulu dan kulit daerah kemaluan . Di samping itu dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit jamur, virus, bakteri, dan parasit , terutama yang berhubungan dengan alat-alat reproduksi pada wanita dan proses kehamilannya (di antaranya adalah penyakit-penyakit kandidiasis vaginalis , peradangan pada [organ-organ] panggul wanita [PRP], gangguan haidh, infertilitas [kemandulan], dan teratogenik [kelainan/gangguan pada janin]) .
3) Mencabut bulu ketiak, mencegah terjadinya beberapa penyakit-penyakit parasit hewani (di antaranya adalah penyakit Pedikulosis [Phthirus] Pubis [tungau/tumo/kutu] dan Scabies), penyakit jamur (di antaranya adalah penyakit Tinea Korporis dan Kandidosis), dan penyakit eksim (yakni penyakit Dermatitis Seboroik atau Pitiriasis Sika [ketombean/dandruff]) pada bulu dan kulit daerah ketiak .

4) Menggunting kuku dan membersihkan barajim (ruas-ruas jari tangan dan kaki), mencegah terjadinya beberapa penyakit-penyakit penyakit parasit, jamur, bakteri, dan virus (di antaranya adalah penyakit-penyakit Scabies [tungau/tumo/kutu], kecacingan, Tinea Unguium, Tinea Pedis et Manum, Kandidiasi [Onikomikosis], Paronikia , Leukonia , dan flu burung) , Penyakit eksim (Dermatitis Kontak Alergi atau Dermatitis Kontak Iritans) , dan Penyakit mulut, tangan, dan kaki (PTKM) .

5) Memangkas kumis, mencegah terjadinya beberapa penyakit-penyakit parasit hewani (di antaranya adalah penyakit Pedikulosis [Phthirus] Pubis [tungau/tumo/kutu] dan Scabies), penyakit jamur (di antaranya adalah penyakit Tinea Kapitis), Rhinitis Alergika , dan penyakit eksim (yakni penyakit Dermatitis Seboroik atau Pitiriasis Sika [ketombean/dandruff]) pada bulu dan kulit daerah antara bibir atas dan rongga hidung .

6) Ber-siwak (menggosok gigi) dan berkumur-kumur, mencegah terjadinya penyakit-penyakit infeksi (yang menimbulkan gejala nyeri dan pembengkakan) dan karies (kerusakan) pada gigi , sariawan (perdarahan atau luka pada gusi, lidah, dan mulut) serta penyakit mulut, tangan dan kaki (PTKM) .

7) Ber-istinsyaq, ber-istinsyar, dan membersihkan liang telinga, mencegah terjadinya beberapa penyakit infeksi, dan gangguan saluran nafas dan pendengaran, di antaranya adalah penyakit-penyakit rhinitis (seperti: pilek, hidung tersumbat, influenza (flu), dan perdarahan pada hidung Epistaksis]), infeksi saluran pernapasan akut (seperti: radang tenggorokan, batuk, demam, sesak nafas, dan radang paru-paru [faringitis, tonsilitis, laringitis, dan bronkitis]), dan kelainan pendengaran atau infeksi pada telinga (otitis atau otalgia) .

8) Ber-istinja (membersihkan dubur setelah buang air besar), mencegah terjadinya beberapa penyakit-penyakit parasit hewani (di antaranya adalah penyakit-penyakit Pedikulosis [Phthirus] Pubis, kecacingan, dan Scabies), penyakit jamur (di antaranya adalah penyakit Tinea Kruris), dan penyakit eksim (di antaranya adalah penyakit Dermatitis Seboroik) pada daerah dubur dan kemaluan . Di samping itu dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit jamur, virus, bakteri, dan parasit , terutama yang berhubungan dengan alat-alat reproduksi pada wanita dan proses kehamilannya (di antaranya adalah penyakit-penyakit kandidiasis vaginalis , peradangan pada [organ-organ] panggul wanita [PRP], gangguan haidh, infertilitas [kemandulan], dan teratogenik [kelainan/gangguan pada janin]) , dan mencegah terjadinya penyakit-penyakit dan Penyakit mulut, tangan, dan kaki (PTKM) .

9) Ber-intidhoh (memercikkan sedikit air ke kemaluan dan kain yang menutupinya untuk menghilangkan was-was), mencegah terjadinya penyakit-penyakit jamur, virus, bakteri, dan parasit , dan mencegah terjadinya penyakit-penyakit dan Penyakit mulut, tangan, dan kaki (PTKM) .
2) Thoharoh yang secara khusus berhubungan dengan mendirikan sholat.
A. Ber-wudhu’ (lihat lampiran 4).
• Beberapa hal yang dilakukan .
a) Berniat di dalam hati.
b) Membaca  (bismillah) .
c) Membersihkan kedua telapak dan sela-sela jemari tangan 3 kali.
d) Berkumur sambil menghirup (memasukkan) air ke dalam lubang hidung (dengan telapak tangan kanan), dan membuang dari dalamnya (dengan telapak tangan kiri) sebanyak 3 kali.
e) Membasuh dan membersihkan muka 3 kali.
f) Membasuh dan membersihkan kedua lengan bawah tangan sampai dengan sikunya 3 kali.
g) Membasuh dan membersihkan kepala dan kedua telinga 1 kali.
h) Membasuh dan membersihkan kedua telapak kaki sampai dengan mata kakinya (terutama sela-sela jari dan tumitnya) 3 kali .
i) Membaca do’a wudhu’.

• Beberapa keutamaan dan pengaruh dari ber-wudhu’ sebelum mendirikan sholat.
Berdasarkan beberapa studi medis mutakhir terpublikasi menunjukkan bahwa ber-wudhu’ yang dilakukan berulang-ulang, minimal 5 kali dalam sehari-semalam (yakni ketika hendak melakukan sholat), secara bermakna sangat mempengaruhi dan menguntungkan bagi kondisi jiwa dan tubuh manusia. Hal ini sebenarnya tidak terlepas dari pengaruh air yang sangat kuat dan dominan terhadap kehidupan manusia . Beberapa keutamaan dan pengaruh dari ber-wudhu’ sebelum mendirikan sholat di antaranya adalah :
1. Ber-wudhu’ dapat menjaga tubuh agar tetap bersih, terpelihara dari debu, kotoran, dan berbagai macam parasit hewani, jamur, virus, dan bakteri yang berasal dari lingkungan dan kemudian masuk atau menempel pada tubuh, dan kesemuanya berpotensi menimbulkan penyakit (terutama penyakit-penyakit infeksi) pada tubuh . Hal ini disebabkan oleh beberapa sifat fisik air yang sangat memungkinkan terjadinya pembersihan (clearance) segala macam kotoran atau mikroorganisme asing yang berada di dalam atau melekat pada tubuh .
2. Ber-wudhu’ dapat memperbaiki fungsi organ jantung dan sistem aliran darah (kardiovaskuler) dan sistem pernapasan (respirasi) tubuh. Hal ini disebabkan oleh beberapa sifat fisik air yang sangat memungkinkan terjadinya pengoptimalisasian tekanan hidrostatika (yang terdapat di dalam sistem pembuluh/aliran darah, jantung, dan paru-paru tubuh) .
3. Ber-wudhu’ dapat mengurangi stress psikis (kejiwaan) agar kondisinya lebih santai (relaksasi) atau bersifat rekreasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa sifat fisik air yang sangat memungkinkan terjadinya proses-proses relaksasi dan rekreasi melalui pengoptimalisasian tekanan hidrostatik (yang terdapat di dalam sistem pembuluh/aliran darah, jantung, dan paru-paru tubuh) dan kerja sistem pernapasan (respirasi) .
4. Ber-wudhu’ dapat memperbaiki fungsi otot dan persyarafannya (neuromuskuler), memperbaiki penampilan (performance) dan postur tubuh, meningkatkan kelenturan (range of motion) sendi tubuh, memperbaiki dan menstabilkan keseimbangan (balance) dan koordinasi (gerakan) tubuh secara keseluruhan, serta meningkatkan kekuatan dan ketahanan ototnya. Hal ini disebabkan oleh sifat fisik air yang sangat memungkinkan terjadinya pengoptimalisasian proses-proses penenangan jiwa dan tubuh (relaksasi), rekreasi, dan penurunan rangsang nyeri (yang mungkin muncul) pada tubuh , perangsangan (stimulasi) yang adekuat (optimal) untuk beberapa reseptor persyarafan pusat dan perifer (permukaan) tubuh (terutama reseptor persyarafan tubuh yang bersifat kinestetik dan proprioseptif ), dan respons neuromuskular tubuh yang adekuat secara keseluruhan .

B. Ber-tayamum (lihat lampiran 5).
• Beberapa hal yang dilakukan .
a) Berniat di dalam hati.
b) Membaca  (bismillah).
c) Menepukkan kedua telapak tangan ke tanah (bumi) atau dinding 1 kali.
d) Meniupkan sedikit kedua telapak tangan 1 kali.
e) Mengusapkan kedua telapak tangan ke muka 1 kali.
f) Mengusapkan ke kedua telapak tangan secara bergantian, dimulai dari ujung-ujung jari hingga pergelangan tangan kanan lalu dilanjutkan ke ujung-ujung jari hingga pergelangan tangan kiri, masing-masing 1 kali.
g) Membaca do’a ber-tayamum (lafadz-nya sama dengan do’a wudhu’).
• Beberapa keutamaan dan pengaruh dari ber-tayamum sebelum mendirikan sholat.
Berdasarkan beberapa studi medis mutakhir terpublikasi menunjukkan bahwa ber-wudhu’ yang dilakukan berulang-ulang (minimal 5 kali dalam sehari-semalam), atau mandi yang dilakukan berulang-ulang (minimal 2 kali dalam sehari-semalam), secara bermakna lebih baik dan menguntungkan bagi kondisi jiwa dan tubuh manusia dibanding dengan ber-tayamum. Hal ini sebenarnya juga tidak terlepas dari pengaruh air yang sangat baik, kuat, dan dominan terhadap kehidupan manusia dibanding dengan penggunaan debu . Namun demikian penggunaan debu ketika ber-tayamum pada beberapa keadaan (kondisi) tertentu dan tempat tertentu pada tubuh setidaknya dapat mencukupkan untuk mengganti air dalam hal pembersihan (pensucian) seluruh permukaan tubuh menurut standar paling minimal, dan mengingat fakta yang terkandung dalam sifat-sifat fisik pada debu adalah hampir sama dengan sifat-sifat fisik pada air, maka debu secara minimal juga dapat memungkinkan terjadinya proses-proses pemeliharaan permukaan tubuh agar tetap bersih (dari berbagai kotoran dan mikroorganisme asing yang berasal dari lingkungan di sekitar tubuh) dan pengurangan stress psikis (kejiwaan) agar kondisinya lebih santai (relaksasi) atau bersifat rekreasi .
C. Mandi (ghusul).
• Beberapa hal yang dilakukan .
a) Berniat di dalam hati.
b) Membaca  (bismillah).
c) Membersihkan kedua telapak dan sela-sela jemari tangan 3 kali.
d) Mencuci kemaluan dengan tangan kirinya.
e) Membersihkan tangan kirinya.
f) Ber-wudhu’ seperti hendak sholat (Namun tidak diakhiri dengan membasuh dan membersihkan kedua telapak kakinya).
g) (Khusus untuk wanita) seorang wanita yang akan mandi junub, tidak wajib baginya untuk menguraikan rambutnya terlebih dahulu , sedangkan seorang wanita yang akan mandi haidh, wajib baginya untuk menguraikan rambutnya terlebih dahulu .
h) Menyela-nyela rambut secara merata 3 kali (dimulai pada kepala bagian kanan sampai sisi belakangnya, lalu pada kepala bagian kiri sampai sisi belakangnya, dan pada kepala bagian tengah sampai sisi belakangnya).
i) Menyiramkan (air) ke kepala secara merata 3 kali.
j) Menyiramkan air ke seluruh tubuh dan membersihkannya (seperti mandi biasa).
k) Bergeser dari tempat semula.
l) Membasuh dan membersihkan kedua telapak kaki sampai dengan mata kakinya (terutama tumit dan sela-sela jemari kaki) 3 kali.
m) Mengelap daerah kemaluan dan seluruh badan dengan kain yang wangi.
n) Membaca do’a setelah mandi (lafadz-nya sama dengan do’a wudhu’).





• Beberapa keutamaan dan pengaruh dari mandi (ghusul) sebelum mendirikan sholat.
Berdasarkan beberapa studi medis mutakhir terpublikasi menunjukkan bahwa mandi yang dilakukan berulang-ulang, minimal 2 kali dalam sehari-semalam, secara bermakna sangat mempengaruhi dan menguntungkan bagi kondisi jiwa dan tubuh manusia. Seperti juga ber-wudhu’, hal mandi ini juga sebenarnya tidak terlepas dari pengaruh air yang sangat kuat dan dominan terhadap kehidupan manusia . Beberapa keutamaan dan pengaruh dari mandi sebelum mendirikan sholat adalah sama dengan ber-wudhu’ (namun demikian ada sedikit perbedaan dalam persiapan, proses, dan kemanfaatannya ).












c) Puasa (cooling down).
Puasa merupakan salah satu perwujudan dari pelatihan hati (jiwa) dan tubuh untuk berdiam diri dalam sholat (selain tidak berbicara atau mengeluarkan kata-kata/melakukan hal-hal yang tidak berguna dan tidak disyar’iatkan dalam agama). Secara kaidah bahasa (etimologis) puasa (shiyam) artinya menahan atau tenang (lawan kata dari melakukan suatu gerakan). Adapun secara syara’, puasa (shiyam) artinya menahan diri dari makan/minum, berhubungan dengan istri, menahan hawa nafsu, menahan diri untuk berbuat berbagai amalan (ibadah) yang tidak ada syar’iat-nya dalam tuntunan Alloh  dan rosul-Nya , dan sejenisnya . Hakikat orang yang berpuasa sebenarnya adalah dia menahan setiap anggota badannya dari segala dosa, lidahnya dari berbuat dusta dan berkata yang tidak berguna, perutnya dari makan atau minum, kemaluannya dari ber-jima’ (berhubungan antara suami-istri), sehingga semua amal perbuatannya akan bermanfa’at bagi Alloh  dan semua makhluk-Nya (khususnya sesama saudara se-imannya) , dan atas pertolongan dan rahmat-Nya seolah-olah setiap (godaan) syetan dan perbuatan yang dihasilkannya pasti akan terbelenggu/terhalang (melalui puasanya) dengan sendirinya dan sama sekali tidak akan dapat mempengaruhi keimanan dan usaha ketaqwaan kepada-Nya .
Alloh  mengiringkan berpuasa dengan sholat disebabkan sholat merupakan suatu gerakan menuju kepada al-haq (kebenaran syar’iat Islam), yang setiap gerakannya sangat dipengaruhi dan didukung oleh berpuasa (di antaranya mencakup menahan diri dari ucapan, perbuatan) . Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Alloh  dan rosul-Nya  telah memerintahkan pada saat melakukan ibadah sholat wajib bagi seorang muslim untuk berdiam (menenangkan) diri dan menghindari dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia (yang tidak ada tuntunan syar’iatnya) , seperti ditunjukkan pada firman Alloh  dalam QS. Mu’minuun (23): 1-9 (“…[yaitu] orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna … dan orang-orang yang menjaga kemaluannya … Dan orang-orang yang memelihara sholatnya”); dan Al-A’roof [7]; 204 (“Apabila dibacakan Al-Qur’an maka kalian simaklah bacaan Al-Qur’an itu dan diamkanlah [diri] kalian [untuk] mendengarkannya. Dengan begitu semoga kalian mendapat rahmat-Nya”), serta beberapa sabda Rosululloh , “Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Alloh, maka janganlah (kalian) saling mengganggu satu sama lainnya …” , “Sesungguhnya ibadah sholat tidak boleh dicampuri dengan percakapan [perbuatan] manusia (yang tidak berguna). Ibadah sholat hanya boleh diisi dengan ucapan tasbih, takbir, dan bacaan Al-Qur’an” , dan “Barang siapa yang tidak juga meninggalkan berkata-kata dusta dan masih juga melakukannya (pada saat menunaikan puasa), maka Alloh sedikitpun tidak rela menerima ibadah puasanya, meski ia meninggalkan makan dan minum” .
Berpuasa pada saat melakukan sholat merupakan juga perwujudan ber-taqwa untuk ber-taubat kepada Alloh  dengan berupaya untuk membersihkan keadaan hati (jiwa) dan tubuh dari berbagai perkara kemaksiatan (dosa) yang pernah diperbuat sebelumnya agar dapat mengembalikan dan memelihara keadaannya sesuai dengan fitrah awal yang telah ditetapkan Alloh  sebelumnya , sehingga mempermudah dan mempererat untuk berinteraksi dengan-Nya.
Beberapa faedah dan kemanfa’atan lainnya dengan berpuasa tersebut, di antaranya adalah: (1) Dapat mendukung penjagaan hati (jiwa) dan tubuh terhadap berbagai penyakit, perbuatan maksiat, keji, dan munkar yang kemungkinan dapat menyerang sesudahnya , (2) Menjadikan perantara untuk mendapatkan syafa’at (pertolongan) dari Alloh , , (3) Menjadikan perantara untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan , (4) Merupakan salah satu jalan untuk masuk surga (terutama memasuki melalui pintu Royyan) , dan (5) Mengobati berbagai penyakit (terutama penyakit syahwat) dan memelihara kesehatan tubuh secara berkesinambungan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa berpuasa dalam menjalankan sholat juga merupakan salah satu usaha awal yang dapat dilakukan dalam peningkatan kekhusyu’an dalam menjalankan sholat, dalam upaya untuk melakukan pengalihan penerimaan rangsangan inderawi agar dapat melakukan pengaturan nafas seefektif mungkin, yang dapat digunakan sebagai media untuk menenangkan kondisi jiwa dan pikirannya. Dalam beberapa studi medis mutakhir menunjukkan bahwa terdapat beberapa manfa’at puasa bagi seseorang yang sudah terbiasa melakukannya, di antaranya adalah: (1) Meringankan beban kerja (metabolisme) dari alat-alat (organ) dalam tubuh, (2) Meningkatkan kenyamanan pada persendian dan saluran pencernaan dan kemih, (3) Terhindar dari masalah (penyakit) kegemukan dan beberapa penyakit jiwa atau tubuh lainnya, (4) Dapat menghilangkan perangai (sifat-sifat buruk) dan gejolak syahwat (nafsu birahi), (5) Dapat menjernihkan pikiran, (6) Meningkatkan motivasi atau semangat dalam diri untuk beraktivitas dan melatih jiwa untuk bersabar, dan (7) Membangkitkan rasa kebersamaan di antara sesama manusia.
Data dari studi medis mutakhir terpublikasi menunjukkan bahwa dengan berpuasa, tubuh akan berusaha mengurangi atau mengistirahatkan sebagian besar dari rutinitas aktivitas (metabolisme)-nya, menstabilkan atau mengembalikan kinerja dari fungsi-fungsi sel, jaringan, maupun organ tubuh ke keadaan normalnya, menghambat dan menstabilkan perangsangan (stimulasi) beberapa terminal dari pusat-pusat reseptor persyarafan pusat yang bersifat agresif dan senantiasa terpacu oleh perasaan, psikis (kejiwaan), atau emosi di hipotalamus , sehingga akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja dari berbagai terminal pusat-pusat reseptor persyarafan pusat lainnya yang lebih bersifat defensif di hipotalamus dan bagian otak lainnya. Kesemuanya ini pada umumnya secara langsung akan membuat keadaan seluruh tubuh menjadi tenang (relaksasi dan rekreasi), terpelihara dari berbagai gangguan/kelainan dari seluruh fungsi tubuh atau penyakit yang dapat berjangkit di dalam atau menempel pada permukaan tubuh, dan meningkatkan aktivitas dan penampilan (performance) tubuh dalam berinteraksi pada lingkungan sekitarnya .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar